1
1

Antisipasi Dampak Tarif Trump, Prudential Fokus di Saham Berkelanjutan

CS Prudential Indonesia sedang melayani nasabah. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Manajemen Prudential Indonesia menyikapi fluktuasi yang terjadi di pasar saham saat ini sebagai implikasi tarif tinggi Amerika Serikat ke barang impor dari seluruh dunia. Tim investasi Prudential Indonesia bersikap sangat hati-hati dalam memilih aset investasi dan memprioritaskan dana nasabah ditempatkan di saham yang memiliki prospek berkelanjutan.

|Baca juga: Prudential Tunjuk CEO Baru untuk 3 Negara Ini, Termasuk Indonesia?

“Kami senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola subdana PRULink sesuai dengan strategi investasi masing-masing subdana. Di tengah meningkatnya volatilitas pasar saham dan valuasi yang lebih murah, kami menempatkan saham pada perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis berkelanjutan, kinerja keuangan yang kuat, manajemen yang berkualitas, serta valuasi yang menarik dan likuiditas yang baik,” jelas Manajemen Prudential Indonesia dalam keterangan persnya, Selasa, 15 April 2025.

Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi nasabah dalam investasi jangka panjang.

|Baca juga: Indeks Saham Asia Tertekan Ancaman China ke Boeing

Eastspring Investment Indonesia, manajer investasi yang merupakan anak usaha Prudential Corporation Asia (PCA), bagian dari Prudential plc di Inggris, dalam risetnya terbaru 8 April lalu mengatakan dampak tarif resiprokal Trump bagi Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua aspek utama, yaitu ekonomi dan pasar finansial. Dari sisi ekonomi, hambatan tarif berpotensi menekan perekonomian Indonesia melalui penurunan kinerja ekspor ke AS, serta secara tidak langsung menurunkan ekspor ke negara lain akibat melemahnya permintaan global dan terganggunya rantai pasokan.

“Namun, dampak langsung terhadap PDB Indonesia diperkirakan relatif terbatas, mengingat kontribusi ekspor ke AS terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 2,2 persen, lebih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya,” jelas riset tersebut.

Penerapan tarif terhadap produk unggulan Indonesia di pasar AS, seperti elektronik, pakaian, dan alas kaki—sektor padat karya—berpotensi menekan industri manufaktur yang tengah melambat, serta berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan stabilitas sektor riil.

Untuk pasar finansial, lanjut riset tersebut, dampak langsung tarif terhadap emiten di pasar saham Indonesia relatif kecil, namun pelemahan Rupiah dan potensi pembalasan dari mitra dagang meningkatkan ketidakpastian di pasar finansial, yang mempengaruhi sentimen investor, baik asing maupun domestik.

“Dalam kondisi tidak normal seperti ini, fundamental cenderung terabaikan, digantikan oleh emosi, persepsi, dan spekulasi dalam pengambilan keputusan,” papar tim riset Eastspring Investment Indonesia.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Sesi I Tertekan Ancaman Terbaru China
Next Post China Luncurkan Layanan Informasi via WeChat Tekan Penipuan Asuransi Kesehatan

Member Login

or