Media Asuransi, JAKARTA – Saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) direkomendasikan buy seiring dengan prospek kenaikan volume penjualan akibat kenaikan tingkat kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan dan peluncuran sejumlah produk baru.
Melalui riset Company Update, analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Steven Gunawan, menjelaskan bahwa pihaknya menginisiasi ERAA dengan peringkat buy pada TP 800, mencerminkan 12,6/10,6x dari 21F/22F P/E-nya karena pihaknya memproyeksikan kenaikan volume penjualan perangkat seluler seiring dengan ekspektasi kenaikan tingkat kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan dan peluncuran sejumlah produk baru seperti Samsung Galaxy Z Flip3, iPhone 13, Xiaomi Redmi 10, dan Realme GT ME.
“Pada harga saham saat ini 585, ERAA diperdagangkan pada 9,2/7,8x dari 21F/22F P/E, secara signifikan berada di bawah P/E rata-ratanya dalam 5 tahun terakhir yang sebesar 13,0x,” jelasnya.
Steven menjelaskan, pihaknya baru saja menyelenggarakan acara konferensi dengan manajemen ERAA untuk membahas strategi mereka ke depannya seiring dengan kebijakan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat menyusul kasus Covid-19 yang sudah melandai.
|Baca juga: Peringkat Erajaya (ERAA) Ditegaskan idA Stabil
Adapun sejumlah topik Berikut adalah sejumlah topik kuncinya, pertama, meskipun volume penjualan perangkat seluler tercatat menurun sejak 2018, tetapi ERAA berhasil menjaga momentum pertumbuhan Pendapatan dikarenakan porsi penjualan smartphone lebih tinggi dibandingkan porsi penjualan feature phone. Fitur ini ialah perangkat yang tergolong tidak begitu canggih yang memiliki harga jual lebih rendah daripada smartphone.
Kedua, ke depan, Steven mengekspektasikan ERAA masih dapat menjaga pertumbuhan pendapatannya seiring dengan proyeksi masih kuatnya permintaan terhadap produk smartphone dan perangkat berteknologi tinggi lainnya, karena beberapa faktor seperti kehadiran teknologi 5G yang akan mendorong masyarakat untuk mengganti perangkat mereka saat ini dengan perangkat yang baru.Di sisi lain, potensi pasar yang besar, yaitu 38% dari populasi Indonesia didominasi oleh
generasi Z dan milenial yang lebih gemar perangkat teknologi. Faktor berikutnya adalah tingkat penetrasi internet Indonesia tergolong masih rendah, hanya 74% dibandingkan Malaysia sebesar 84%, dan proyeksi kenaikan pengguna E-commerce sebesar 25% CAGR pada 2019-2025F.
Ketiga, tingkat marjin segmen aksesoris tercatat 20%, atau lebih tinggi dari ponsel dan tablet yang 10-11%. Karena itu, perusahaan berencana memperluas tampilan penjualan produk-produk aksesorisnya seperti smartwatch, drone, robotic vacuum clenaer, dan peralatan IoT lainnya. Itu dilakukan guna meningkatkan kontribusi segmen tersebut terhadap total Pendapatan yang saat ini hanya 7-8%.
Keempat, sejak kuartal III/2020, marjin laba bruto ERAA tercatat relatif stabil 10%-11% karena penerapan kebijakan IMEI guna melindungi persaingan bisnis yang lebih sehat. Kelima, ke depan, Steven mengekspektasikan pertumbuhan Pendapatan ERAA juga dapat datang dari: pembukaan outlet JD Sports di 1Q22, yang akan menambah segmen produk baru yakni sport fashion.
|Baca juga: Erajaya (ERAA) Berhasil Catatkan Pertumbuhan Laba 107 Persen Menjadi Rp612 M
Selain itu, sumber pendaptan juga berasal dari Erafone Cloud Retail Partner (Erafone CRP), ini dapat mempercepat ekspansi gerai-gerai barunya. Skema tersebut memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha individu untuk menjadi mitra kerjasama Perusahaan.
“Strategi bisnis yaitu ERAA’s New Way of Shopping, yang mengkombinasikan model bisnis secara offline dan online. Kontribusinya terhadap total pendapatan diharapkan dapat terus meningkat dari saat ini 10%.”
Lebih lanjut, terkait rumor Blibli.com yang akan mengakusisi ERAA, Steven menjelaskan bahwa pada 20 September 21, sejumlah media memberitakan Grup Djarum melalui PT Global Digital Niaga (Blibli.com) berencana mengakuisisi ERAA pada valuasi 14x P/E.
“Menggunakan proyeksi 21F/22F EPS kami, maka harga penawarannya berada di Rp891-Rp1.055 per saham, atau pada valuasi premium jika dibandingkan 22F TP 800 kami. Itu setara dengan kapitalisasi pasar Rp14,2 triliun-Rp16,8 triliun, lebih tinggi dari saat ini yang Rp9,7 triliun. Namun, ERAA masih menolak untuk mengomentari rumor tersebut.”
Adapun risiko investasi yang patut dicermati investor saat berinvestasi pada saham ERAA adalah diberlakukannya kembali pembatasan aktifitas masyarakat, turunnya tingkat kepercayaan konsumen dan berkurangnya pembelanjaan masyarakat kelas menengah ke atas, dan marjin Laba Bruto 21F/22F dapat lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 10,2/10,3%.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News