Media Asuransi, JAKARTA – Kepala Departemen Literasi & Inklusi Asuransi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Antony Japari, dalam webinar AAJI bertemakan “Cerdas Memilih Produk Financial #PahamiPerlindunganmu” bagi para pelajar, mahasiswa, dan milenial menyampaikan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia masih memiliki kesenjangan yang tinggi.
Menurut Antony, Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan rendahnya literasi dan inklusi keuangan. Hasil survei OJK 2019 tentang literasi dan inklusi keuangan menunjukkan literasi keuangan ada di angka 38,903 persen dan inklusi keuangan mencapai 76,9 persen berarti yang yang memiliki produk keuangan cukup tinggi.
“Tetapi orang yang memiliki produk keuangan ternyata belum tentu mengerti sekali dengan produk yang dimiliki. Contoh tabungan, deposito, cukup simpel untuk bisa dimengerti. Tapi selain produk non bank seperti asuransi atau multifinance literasinya tidak setinggi di perbankan. Dalam hal ini khususnya disini tentang asuransi jiwa,” kata Antony yang membawakan presentasi bertema “Peran serta & Konsep Asuransi dalam Memperlengkapi Keluarga di Indonesia dengan Perlindungan Keuangan” secara daring, Kamis, 26 Februari 2022.
|Baca juga: Pilih Layanan Asuransi Kesehatan, Managed Care atau Indemnity
Dalam presentasinya Antony menyebutkan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia berdasarkan gender yang lebih tinggi adalah kaum pria dibandingkan wanita. “Ini berarti ini ada kesenjangan. Literasi keuangan pada kaum pria mencapai 39,94 persen dan wanita 36,13 persen. Untuk inklusi pada pria sebesar 77,24 persen dan inkusi keuangan di wanita 75,15 persen.
“AAJI melakukan kampanye literasi dan inklusi keuangan ke masyarakat Indonesia dan khususnya ditargetkan ke pelajar dan mahasiswa dan milenial adalah karena ini merupakan segmen yang akan mengkonsumsi produk keuangan ke depannya. Jadi, kalau mau membeli produk keuangan harus mengertegiu lebih dahulu, dikenali, dan dipahami,” ungkapnya.
Antony juga memaparkan mengenai cash flow management yakni mengelola dana yang diperoleh dari gaji ataupun bisnis. “Memang banyak versi dalam pembagiannya. Tetapi dia membagi menjadi 4 hal, yakni pertama 40 persen untuk kebutuhan, seperti makanan, pakaian, transportasi, pulsa, dan listrik & air. Kedua, 30 persen adalah cicilan seperti untuk rumah, kendaraan, dan kebutuhan bersifat produktif. Ketiga, 20 persen masa depan, yakni berupa dana darurat, asuransi, dan investasi. Terakhir keempat, 10 persen berupa kebaikan yakni bisa untuk donasi atau bantu orang tua.
Lebih lanjut dia jelaskan mengenai asuransi atau investasi. Dijelaskan bahwa fungsi dari asuransi adalah supaya mendapat perlindungan terhadap seseorang atau keluarganya dalam hal finansial dari risiko yang datang tidak terduga. “Misal terjadi tabrakan itu merupakan risiko yang datang tiba-tiba, mobil atau motor bisa rusak dan pengendara bisa terluka. Jadi, dengan memiliki asuransi, biaya perbaikan atau perawatan bisa di-cover oleh asuransi.
Sedangkan, fungsi dari investasi adalah untuk memenuhi tujuan keuangan di masa depan agar daya beli yang dimiliki seseorang tidak habis terkuras oleh inflasi. Jika kita memiliki dana terbatas, sebaiknya memprioritaskan memilih asuransi ketimbang investasi karena jika trjadi risiko seperti kecelakaan, investasi yang baru dijalankan tidak bisa banyak membantu malah akan terkuras habis,” ujar Antony.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News