Media Asuransi – Perlindungan jiwa dan kesehatan menjadi salah satu pertimbangan utama masyarakat dalam memilih asuransi. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Itulah mengapa produk asuransi jiwa dan kesehatan diprediksi masih menjadi tren di tahun 2021. Secara umum, masyarakat tetap memerlukan perlindungan jiwa, kesehatan, dan perencanaan pensiun. Hal itu pula yang membuat perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan proteksi terbaik untuk konsumennya.
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air juga selalu berusaha memberikan penawaran produk yang terbaik untuk para konsumennya. Salah satu di antaranya Manulife Value Protector Absolute (MVPA) yang menjadi produk favorit konsumen. Terbukti, pada akhir tahun 2020 produk MVPA ini mampu mencatatkan jumlah polis sebanyak 45.000 unit dengan nilai pertanggungan dasar sebesar Rp21 triliun.
Baca juga: Bank DBS Indonesia dan Manulife Indonesia Luncurkan Dana Investasi Real Estat
Head of Product Manulife Indonesia Richard A Sondakh di Jakarta, akhir minggu lalu mengatakan, produk MVPA ini telah menjadi andalan Manulife Indonesia sejak tahun 2014 hingga saat ini. Produk MVPA tersebut menjadi salah satu top selling di kanal agency. “Angka penjualannya lebih dari 15 persen dibandingkan produk lainnya untuk kanal agency pada tahun 2018-2019,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Senin, 1 Maret 2021.
Richard Sondakh menjelaskan, produk ini digemari konsumen karena memberikan manfaat ganda bagi pemegang polisnya. Selain perlindungan jiwa, pemegang polis produk ini juga bisa mendapatkan manfaatkan tambahan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan konsumen. Tercatat ada delapan manfaat tambahan yang bisa dipilih oleh konsumen.
Salah satu di antaranya adalah Manulife Crisis Cover Ultimate (MCCU) atau Manulife Crisis Cover Protection (MCCP) yang memberikan manfaat perlindungan hingga sebesar 100 persen uang pertanggungan bila tertanggung didiagnosis menderita salah satu dari 56 penyakit kritis hingga usia 99 tahun (MCCU) atau 50 penyakit kritis hingga usia 75 tahun (MCCP).
Baca juga: Survei Manulife: Mayoritas Responden Khawatir Dampak Jangka Panjang Pandemi Covid-19
Manfaat tambahan lainnya yang dapat dipilih yakni Manulife Medicare Plus (MMP) yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan keuangan pemegang polis atau keluarganya karena harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakit atau kecelakaan. Pilihan jangka waktu program ini yakni 5, 10, 15, dan 20 tahun.
Namun Richard mengingatkan bahwa klaim rawat inap dari program MMP ini baru bisa diajukan oleh nasabah setelah melewati masa periode eliminasi (setelah 60 hari sejak polis terbit sesuai dengan pengecualian polis). Jadi, jika rawat inap terjadi karena faktor penyakit pada masa periode eliminasi maka tidak ada manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan. Sedangkan, untuk klaim yang terjadi karena kecelakaan pada masa periode eliminasi akan mendapatkan pengecualian.
Terkait dengan pembayaran klaim, Richard menjelaskan, Manulife Indonesia akan membayarkan klaim konsumen dalam waktu maksimal 30 hari setelah dokumen yang diterimanya dinyatakan lengkap. Selanjutnya, Manulife Indonesia akan mentransfer uang klaim ke rekening konsumen.
Sementara itu, pada tahun 2020, Manulife Indonesia telah membayarkan klaim sebesar Rp5,5 triliun (unaudited) atau sama dengan Rp15 miliar per hari atau Rp631 juta per jam. Sedangkan untuk tahun ini, hingga 16 Februari 2021, Manulife Indonesia telah membayarkan klaim Covid-19 senilai lebih dari Rp144 juta (meliputi polis asuransi individu dan kumpulan).
Secara terpisah, salah seorang nasabah Manulife Indonesia, Anwar Apnillah merasa bersyukur karena memiliki polis asuransi Manulife. Hal ini dia rasakan saat harus dirawat selama 21 hari di rumah sakit karena terkena Covid-19. Pemegang polis MiUltimate HealthCare (MiUHC) ini mengakui selama ia dirawat, biaya rumah sakit sebesar Rp 140 juta ditanggung oleh Manulife Indonesia sehingga ia bisa fokus untuk pemulihan kesehatannya.
Sementara itu, Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland, menyatakan bahwa di Indonesia, pihaknya melihat minat yang tinggi terhadap perlindungan kesehatan dan perencanaan pensiun selama pandemi. “Kami memahami di tengah situasi yang menantang ini, masyarakat ingin dapat lebih mengendalikan kondisi kesehatan serta kemapanan finansialnya. Berbekal pengalaman dan keahlian Manulife, kami menyediakan rangkaian solusi komprehensif meliputi MiUltimate Health Care untuk perlindungan kesehatan, MISSION dan MISSION Syariah untuk perlindungan kesehatan, jiwa maupun investasi untuk mendukung kebutuhan nasabah kami dan membuat semakin hari semakin baik,” ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu, menyatakan bahwa asuransi jiwa sangat penting bagi masyarakat, terutama di saat pandemi Covid-19. Sebab, asuransi jiwa mampu mengelola risiko dan memberikan jaminan atas ketidakpastian. Menurutnya, selain memberikan perlindungan kesehatan, asuransi juga memberikan proteksi keuangan untuk membantu ketahanan hidup jika terjadi hal yang tak terduga.
Baca juga: Manulife Survive di tengah Pandemi Covid-19
Hasil Survei
Hal ini juga sejalan dengan hasil ‘Manulife Asia Care Survey’ yang melibatkan sekitar 4.000 responden di seluruh Asia, termasuk 519 responden dari Indonesia. Dari seluruh responden Indonesia di dalam survei ini, 43 persen menyatakan telah berinisiatif mencari informasi seputar produk dan layanan asuransi dalam rangka merespons pandemi. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan responden dari negara-negara lain dengan rata-rata 32 persen.
Di Asia, 95 persen responden yang mencemaskan dampak Covid-19 telah melakukan langkah proaktif untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, utamanya dengan berolah raga secara teratur (58 persen) dan memperbaiki pola makan (54 persen). Di Indonesia, 98 persen menyatakan mereka telah mengambil langkah untuk mengelola kesehatan dan keuangan di tengah situasi Covid, dengan 74 persen menyebutkan langkah-langkah itu meliputi berolah raga teratur dan 70 persen memperbaiki pola makan.
Sebanyak 88 persen responden Indonesia menyatakan, sejak Covid-19 terjadi, perencanaan masa pensiun kini dipandang semakin penting. Angka ini sangat tinggi dan berada jauh di atas rata- rata Asia yang berada pada tingkat 73 persen. Minat tinggi terhadap perencanaan masa pensiun ini mencerminkan kekhawatiran yang dirasakan 40 persen responden terhadap kemungkinan menurunnya kesejahteraan akibat Covid-19. Minat ini juga mencerminkan ketertarikan mereka terhadap perencanaan keuangan sebagai jalan menuju kemapanan finansial di tengah situasi yang tidak menentu.
Keinginan mengendalikan kondisi kesehatan dan keuangan sejalan dengan minat memiliki polis asuransi baru. Di Indonesia, 72 persen responden menyatakan ingin membeli polis baru dalam enam bulan ke depan. Perlindungan dari penyakit kritis, perlindungan kesehatan secara umum, dan asuransi untuk pendidikan anak adalah beberapa hal yang diutamakan dalam rencana investasi nasabah.
Sementara itu terkait dengan digital, 58 persen responden Indonesia menyatakan merasa lebih nyaman mengelola polis menggunakan sarana digital seperti aplikasi ponsel, termasuk untuk mengajukan klaim dan memproses pembayaran. Survei ini juga mengungkap bahwa 58 persen responden pernah berkonsultasi dengan tenaga pemasar tentang pembelian polis, persentase yang cukup tinggi mengingat tren digital yang tumbuh pesat di Indonesia.
“Preferensi nasabah terhadap layanan digital dan pendampingan oleh tenaga pemasar yang cukup seimbang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menyukai kenyamanan dari perangkat digital, tetapi juga mementingkan interaksi manusia,” tambah Ryan Charland.
Menurut dia, banyak nasabah yang masih aktif berkomunikasi dengan tenaga pemasar mereka. “Jadi, meskipun tren digital tampaknya akan bertahan dalam jangka panjang, kehadiran para tenaga pemasar tetap sangat berharga. Dalam distribusi produk, pendekatan yang kami ambil adalah omnichannel, yaitu pendekatan yang memaksimalkan layanan digital dan kemampuan tenaga manusia yang unggul dalam hal berempati, membangun rasa percaya, dan memahami kebutuhan para nasabah secara menyeluruh,” katanya. Edi/Ken
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News