Media Asuransi – Presiden Joko Widodo meminta jajarannya tidak cepat berpuas diri seiring dengan kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 yang mencatatkan surplus US$2,56 miliar dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencatatkan defisit sebesar US$3,59 miliar.
Saat memberikan pengarahan dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2021 yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara virtual pada Jumat 15 Januari 2021, Presiden Joko Widodo mengatakan pencapaian neraca perdagangan sepanjang 2020 tersebut memberikan sebuah optimisme dan diharapkan pada tahun 2021 terus meningkat.
“Hati-hati jangan cepat berpuas diri, tetap bekerja keras untuk meningkatkan terus realisasi yang baik ini dan momentum ini harus dijaga dan dilihat sebagai peluang. Optimisme harus dikelola dengan baik,” tegasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia Desember 2020 mencapai US$16,54 miliar atau meningkat 8,39 persen dibanding ekspor November 2020. Demikian juga dibanding Desember 2019 meningkat 14,63 persen.
Baca juga:
- OJK Beri Penghargaan untuk Penggerak Keuangan Mikro hingga Fintech
- Utang Luar Negeri Indonesia Capai US$416,6 Miliar
- Pemerintah Berikan Kelonggaran Insentif Pajak bagi Industri Farmasi
Ekspor nonmigas Desember 2020 mencapai US$15,52 miliar, naik 7,06 persen dibandingNovember 2020. Demikian juga jika dibanding ekspor nonmigas Desember 2019, naik 16,73 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2020 mencapai US$163,31 miliar atau menurun 2,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$155,00 miliar atau menurun 0,57 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Desember 2020 terhadap November 2020 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$264,2 juta (11,23 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$77,7 juta (6,06 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– Desember 2020 naik 2,95 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 13,98 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 20,70 persen.
Ekspor nonmigas Desember 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$3,32 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,87 miliar dan Jepang US$1,25 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,50 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,27 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Desember 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$26,59 miliar (16,28 persen), diikuti Jawa Timur US$20,31 miliar (12,44 persen) dan Riau US$13,77 miliar (8,43 persen).
Impor
Nilai impor Indonesia Desember 2020 mencapai US$14,44 miliar atau naik 14,00 persen dibandingkan November 2020. Sementara jika dibandingkan Desember 2019 turun 0,47 persen.
Baca juga:
- AAUI: CIU dan Askrindo Siap Rampungkan Pembayaran Klaim Sriwijaya Air SJ-182
- 2021, Adalah Tahun Pemulihan Ekonomi
- Kegiatan Search and Rescue (SAR) Kecelakaan Pesawat Ternyata Bisa Diklaim ke Asuransi
- Pemerintah Dorong Pemanfaatan Teknologi Digital Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Impor migas Desember 2020 senilai US$1,48 miliar atau naik 36,57 persen dibandingkan November 2020, tetapi jika dibandingkan Desember 2019 turun 30,54 persen.
Impor nonmigas Desember 2020 mencapai US$12,96 miliar atau naik 11,89 persen dibandingkan November 2020. Demikian pula jika dibandingkan Desember 2019 naik 4,71 persen.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Desember 2020 dibandingkan November 2020 adalah golongan mesin dan peralatan mekanis senilai US$240,0 juta (12,48 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan logam mulia dan perhiasan/permata senilai US$146,9 juta (39,68 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Desember 2020 adalah Tiongkok senilai US$39,35 miliar (30,91 persen), Jepang US$10,63 miliar (8,35 persen), dan Singapura US$8,12 miliar (6,38 persen). Impor nonmigas dari ASEAN senilai US$23,41 miliar (18,39 persen) dan Uni Eropa senilai US$10,09 miliar (7,92 persen).
Nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Januari–Desember 2020 turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi pada golongan barang konsumsi (10,93 persen), bahan baku/penolong (18,32 persen), dan barang modal (16,73 persen). Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News