Media Asuransi – Generasi ‘sandwich’ menjadi istilah yang baru-baru ini banyak diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, yang kental dengan kultur Asia. Istilah ini merefleksikan sebagian orang yang terhimpit dengan tanggung jawab terhadap generasi di atas mereka, yakni orang tua mereka, dan generasi di bawahnya seperti saudara kandung, anak, maupun pasangan dan diri mereka sendiri, baik secara ekonomi, waktu, tenaga, dan perhatian.
“Generasi sandwich terjadi karena ada orang tua yang tidak siap secara keuangan untuk membiayai pengeluaran bulanan di saat pensiun, sehingga membutuhkan bantuan anak untuk membiayai pengeluaran,” jelas Perencana Keuangan Profesional dan Founder Finansialku.com Melvin Mumpuni seperti yang dikutip Media Asuransi, Sabtu, 29 Mei 2021.
Saat ini, lanjut Melvin, menjadi bagian dari generasi sandwich sudah dianggap hal lazim di masyarakat. Padahal, kondisi itu dapat mempengaruhi kualitas hidup serta menjadi mata rantai yang sulit terputus. “Generasi ini seringkali tercipta karena generasi sebelumnya juga terbebani sebagai generasi sandwich, mengingat mereka pun bertanggung jawab atas orang tua dan anak mereka.
|Baca juga: Allianz Syariah Gelar Webinar Kesehatan
“Satu-satunya cara memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mulai merencanakan dana pensiun dan mulai berinvestasi. Penting untuk menanamkan kesadaran dan kedisiplinan menabung sebagai persiapan masa pensiun sejak dini. Anda juga harus memikirkan kapan Anda akan pensiun, berapa pengeluaran bulanan saat pensiun serta berapa perkiraan hasil keuntungan di saat Anda pensiun,” tambah Melvin Mumpuni.
Sementara itu, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengungkapkan bahwa generasi sandwich lebih rentan mengalami stres karena memiliki tanggung jawab cukup besar. Selain itu juga karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang harus mereka penuhi. Generasi ini kemudian cenderung mengabaikan masalah self-care bagi diri mereka sendiri.
|Baca juga: Allianz Indonesia Ikut Sukseskan Program Vaksinasi Covid-19 bersama IKNB OJK
“Perencanaan finansial yang kurang matang dapat berujung pada terbentuknya generasi sandwich. Hal ini bisa terjadi karena masih sedikit masyarakat Indonesia yang menyadari bahwa perencanaan keuangan yang matang untuk masa kini dan masa depan adalah suatu hal penting untuk menjamin kehidupan di hari tua,” papar Vera.
Perencanaan finansial yang matang akan membawa kita kepada kebebasan finansial. Menurut dosen dan guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Budi Frensidy, ada hal yang perlu dipikirkan dan dibedakan seiring dengan kebebasan finansial, yakni istilah kaya dan makmur. Orang kaya belum tentu makmur kalau hidupnya besar pasak daripada tiang, mencapai kebebasan finansial itulah kemakmuran. Di sinilah pentingnya orang memiliki financial literacy atau melek finansial.
“Dana pensiun dapat menjadi salah satu opsi terbaik bagi kita untuk tidak lagi bergantung kepada generasi berikutnya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan setidaknya terdapat tiga manfaat dana pensiun. Pertama, menghindari jebakan generasi sandwich karena dengan mempersiapkan dana kebutuhan sejak dini, di masa tua tidak akan merepotkan anak maupun anggota keluarga lain. Kedua, dana pensiun dapat menjadi bekal menjalani masa pensiun karena pada usia tua pengeluaran akan lebih banyak dibandingkan penghasilan. Terakhir, dana pensiun dapat digunakan sebagai modal usaha karena setelah tidak bekerja dan memasuki masa pensiun, banyak orang mencoba mendapatkan penghasilan dari berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
|Baca juga: Allianz Indonesia Dukung Penetrasi Asuransi di Indonesia Melalui Digitalisasi
Head of Group Pension & Credit Life Operation Allianz Life Indonesia, Yoppy Indradi Setiabudi, menjelaskan bahwa banyak cara untuk mempersiapkan dana hari tua. Beberapa di antaranya yang paling umum adalah menabung di bank, disalurkan untuk investasi maupun program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dibandingkan dengan menabung di bank dan berinvestasi, DPLK merupakan ‘kendaraan’ paling pas digunakan pekerja atau pengusaha untuk mempersiapkan ketersediaan dana di masa pensiun. Di samping bisa menjadi solusi keuangan bagi pensiunan atau ahli warisnya.
“Ketersediaan dana yang memadai saat pensiun secara berkesinambungan selama masa pensiun, tentu bermanfaat untuk membiayai hidup di hari tua saat sudah tidak memiliki penghasilan dan mampu mempertahankan gaya hidup seperti saat masih bekerja. Tidak hanya itu, iuran DPLK yang disetor menjadi pengurang pajak penghasilan (PPh21) dan hasil investasi di DPLK pun bebas pajak serta dikelola secara profesional dan transparan,” ungkap Yoppy.
“Kebutuhan dana pensiun setiap orang tentunya berbeda. Oleh karena itu, penting untuk menghitung dan memperkirakan kebutuhan saat pensiun nanti. Yoppy mengatakan bahwa untuk menghitung dana pensiun, mulailah dengan menghitung pengeluaran rutin Anda setiap bulan dan kemudian tetapkan jangka waktu. “Usia pensiun rata-rata yang berlaku di Indonesia ialah 55 tahun dengan angka harapan hidup orang Indonesia yang mencapai 70-75 tahun. Artinya, Anda perlu memenuhi kebutuhan hidup selama masa pensiun 15-20 tahun sebelum tutup usia,” pungkasnya. Wiek
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News