1
1

PTDI Kerja Sama dengan ITB, Ingin Cetak 2.000 Insinyur Penerbangan

Media Asuransi, JAKARTA – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalin kerja sama membangun pusat kompetensi di bidang rancang bangun pesawat. Melalui kerja sama ini diharapkan dapat lahir 2.000 insinyur penerbangan setiap tahun untuk mengembangkan industri dirgantara nasional.

Penandatanganan joint commitment ini dilakukan oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan dan Rektor ITB, Reini Wirahadikusumah, beberapa waktu lalu. Kerja sama tersebut untuk memberi ruang gerak dan peluang, serta wadah bagi berkembangnya industri rancang bangun pesawat udara di Indonesia.

“Dari sisi ITB, ini bukan hanya pengajaran dan penelitian biasa, tapi juga harus ke arah hilirisasi produk. PTDI dan ITB akan mengerjakan projek bersama yang dilakukan di fasilitas fisik yang sama, sebagaimana tren model bisnis yang sudah terjadi di negara-negara maju,” jelas Reini Wirahadikusumah dalam keterangan resmi.

|Baca juga: Keren, 5 Senjata Canggih Pindad Ini Banyak Dipesan Dunia

“Sesuatu yang sangat mandatory bagi industri, adalah development. Kolaborasi PTDI dan ITB dalam hal R&D (research and development) tentu akan berorientasi pada bisnis dan bagaimana kita mampu memenuhi demand yang ada. Lingkupnya tidak ada batasannya, tapi yang paling penting dan prioritas utama adalah program N219 dan N219 Amfibi. Serta kita mau bangun kolaborasi design center,” kata Gita Amperiawan.

Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, Tatacipta Dirgantara, mengatakan bahwa kegiatan industri kedirgantaraan nasional diisi oleh SDM dari berbagai bidang. Untuk insinyur dirgantara hanya diperlukan sekitar 20 persen atau sektiar 2.000 orang. “Sayangnya, untuk saat ini ITB hanya bisa melahirkan 100 hingga 125 lulusan insinyur penerbangan per tahun. Jumlah ini sangat jauh dari sumber daya manusia yang dibutuhkan,” katanya dikutip dari Kontan.

Kerja sama ITB dan PT DI diharapkan dapat mewujudkan Indonesia sebagai negara yang bisa menjadi pusat kompetensi dalam merancang dan membangun pesawat, menjadi salah satu alasan untuk mengisi gap kekurangan SDM tersebut. “Tentu saja men-develop atau membangun sarjana tidak mudah, tapi harus kita siapkan fasilitas, orang, dan dosen dengan kemampuan riset. Insyaallah di 2045 semuanya terwujud,” jelasnya.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Modalku Merambah ke Industri Multifinance Guna Memperluas Solusi Pembiayaan
Next Post 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 23 November 2022

Member Login

or