Media Asuransi – Setelah ditutup melemah hampir 1 persen pada perdagangan akhir pekan lalu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan.
Head of Research Equity Technical Analyst PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Lanjar Nafi mengatakan, secara teknikal IHSG mengkonfirmasi pola candlestick Tweezers top yang memberikan signal reversal jangka pendek. Pelemahan IHSG break out support Moving Average 5 hari yang pertama sejak tahun 2021.
Dia menjelaskan, indikator stochastic memberikan signal bearish setelah mengkonfirmasi dead-cross pada area overbought mengiringi divergence MACD yang mulai membentuk cross over negatif.
Baca juga:
- MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 18 Januari 2021
- WIKA Targetkan Kontrak Baru senilai Rp40 Triliun
- Dalam 2 Bulan, Jokowi Targetkan Dana Kelolaan INA/SWF Capai US$20 Miliar
“Secara teknikal pergerakan IHSG memang telah mencapai momentum overbought dan jenuh pada indikator RSI sehingga diperkirakan tekanan pelemahan masih akan terjadi diperdagangan selanjutnya. Support Resistance IHSG berada di kisaran 6.333-6.418,” jelasnya dalam riset harian yang dikutip Media Asuransi, Senin 18 Januari 2021.
Menurutnya, saham-saham yang telah cukup menarik untuk diperhatikan secara teknikal di antaranya; BBCA, KAEF, INAF, KLBF, AKRA, JSMR, RALS, SCMA, WIKA, WSKT, WSBP, dan WTON.
Pada akhir pekan lalu, IHSG (-0,85%) ditutup melemah 54,90 poin ke level 6.373,41 setelah sempat dibuka menguat hingga lebih dari setengah persen. Saham-saham di sektor pertanian (-1,43%) dan keuangan (-1,41%) memimpin pelemahan setelah harga CPO terpantau terkoreksi 2,80% ke level 3.323 ringgit per mton di Bursa Malaysia dan investor menanti laporan keuangan kuartal ke-4 sektor perbankan.
“Data neraca perdagangan untuk bulan Desember 2020 turun di bawah ekspektasi karena aktivitas impor yang mulai tinggi meskipun pertumbuhan aktivitas ekspor yang naik 14,63% secara YoY. Neraca perdagangan Indonesia menutup tahun 2020 dengan surplus US$2,1 miliar. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih sebesar Rp49,80 miliar.” jelasnya.
Sementara itu, Bursa Eropa mengikuti bursa Asia dengan menutup pekan di zona negatif. Indeks Eurostoxx (-1,15%), FTSE (-0,97%), DAX (-1,44%) dan CAC40 (-1,22%) turun signifikan lebih dari sepersen. Indeks Stoxx Europe 600 merosot terendah dalam lebih dari seminggu, penurunan terbesar dalam lebih dari tiga minggu. Investor antisipasi akan kejenuhan ekuitas yang telah menguat optimistis akhir-akhir ini.
Baca juga:
- Anak Usaha KRAS Krakatau Bandar Samudera Bersiap IPO
- Emiten Emas Merdeka Copper (MDKA) Pertahankan Peringkat idA
- Gempa Bumi Sulawesi: BAZNAS Kerahkan Tim Medis Dan Perkuat Aplikasi Cari Temu
Indeks saham Asia menutup pekan dengan mayoritas melemah kecuali indeks Hang Seng (+0,27%) naik. Indeks Nikkei (-0,62%), TOPIX(-0,89%) dan CSI300 (-0,23%) turun karena rencana bantuan Covid-19 senilai US$1,9 triliun yang sangat ditunggu-tunggu oleh presiden terpilih Joe Biden berada di bawah pengawasan.
Adapun, Indeks DJIA (-0,57%), S&P500 (-0,72%), NASDAQ (-0,87%) dan NYSE (-1,00%) melengkapi pelemahan bursa Global diakhir pekan kedua bulan Januari 2021. Saham-saham produsen komoditas energi dan keuangan memimpin pelemahan. Saham AS mayoritas turun terbesar dalam lebih dari seminggu terakhir setelah beberapa hasil kuartal ke-4 yang mengecewakan di sektor perbankan.
“Selanjutnya investor mengalihkan perhatiannya kepada paket stimulus yang pada akhirnya akan disahkan oleh kongres di mana sebelumnya berada di bawah pengawasan ketika klaim pengangguran AS yang dirilis cukup suram dan AS memimpin semua negara dalam angka kematian akibat Covid-19. Di awal pekan investor akan menanti data di Tiongkok yakni GDP kuartal ke-4 dengan ekspektasi naik menjadi 6,1%.”
Lebih lanjut, Lanjar menjelaskan, penjualan eceran dan pertumbuhan produksi industrial yang juga diperkirakan cukup positif. Hal tersebut akan menjadi acuan pemulihan ekonomi di episentrum awal Covid-19. Dari dalam negeri investor akan memperhatikan saham-saham yang related terhadap vaksin yang telah koreksi cukup dalam dan pembentukan Sovereign Wealth Fund atau lembaga pengelolaan investasi yang dipercepat oleh pemerintah. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News