Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memasang mode kebut untuk meningkatkan literasi keuangan digital di masyarakat. Hal itu dianggap penting agar masyarakat dapat memahami manfaat, risiko, serta produk dan layanan aset keuangan digital termasuk perbankan digital dalam rangka mengoptimalkan perencanaan masa depan.
Dalam sebuah kesempatan, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi menekankan pentingnya literasi keuangan digital sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat di era keuangan digital. Harapannya juga bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan perbankan digital di Tanah Air.
Ia berharap masyarakat memiliki kemampuan mengenali risiko, mengambil keputusan, dan langkah yang tepat dalam menggunakan layanan keuangan digital, serta keputusan investasi yang lebih cerdas dan sifatnya jangka panjang. Kondisi itu diperlukan di tengah tantangan untuk perbankan digital bisa terus tumbuh di Indonesia.
|Baca juga: BTN (BBTN) Pede Kinerja Penyaluran Kredit dan DPK Lebih Bertenaga di 2025
|Baca juga: Dalami Kasus Taspen, KPK Panggil Kepala BPKH untuk Diperiksa sebagai Saksi
Tidak ditampik, 2024 menjadi momentum penting bagi industri perbankan digital di Indonesia karena mayoritas bank digital mencatatkan kinerja positif setidaknya hingga kuartal III/2024. Kondisi itu didukung oleh data Bank Indonesia (BI) yang mencatat pertumbuhan transaksi digital banking sebesar 40,1 persen (YoY) pada November 2024.
Bisa dibilang tren tersebut mencerminkan meningkatnya adopsi dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan berbasis teknologi. Bahkan, prospek industri ini tetap menjanjikan dengan pendapatan bunga bersih (NII) diproyeksikan mencapai US$3,63 miliar pada 2025, menegaskan peran penting bank digital dalam ekosistem keuangan nasional.
Walau industri perbankan digital menunjukkan prospek menjanjikan, namun sayangnya berbagai tantangan tetap menjadi faktor yang perlu diantisipasi. Ketidakstabilan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, serta ketegangan geopolitik dapat menciptakan ketidakpastian yang berdampak pada stabilitas industri ini.
Persaingan yang semakin ketat di industri bank digital juga turut mendorong kebutuhan akan inovasi berkelanjutan agar tetap kompetitif. “Walaupun industri perbankan digital menunjukkan prospek cerah di 2025, kami menyadari berbagai tantangan perlu diantisipasi,” kata Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk Anton Hermawan, beberapa waktu lalu.
Sebagai nakhoda, Anton menyatakan siap membawa kapal besar bernama Krom Bank menjaga keberlanjutan dengan terus memperkuat diversifikasi produk dan inovasi layanan. “Sehingga setiap solusi keuangan yang ditawarkan tetap relevan dengan kebutuhan nasabah di era yang dinamis ini,” ucapnya.
|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Bukukan Lonjakan 10 Kali Lipat di Livin’ Investasi
|Baca juga: Laba Bank QNB Indonesia (BKSW) Tumbuh 24,78% Jadi Rp86,4 Miliar di 2024
Jika ingin tetap kompetitif di 2025, Anton menegaskan, bank digital perlu menerapkan sejumlah strategi yang tidak hanya inovatif melainkan juga adaptif dalam merespons tantangan. Dengan pendekatan yang tepat, ketidakpastian dapat diubah menjadi peluang pertumbuhan.
Adapun tantangan yang diperkirakan berdampak besar terhadap industri perbankan digital di 2025 serta strategi yang perlu diperhatikan yakni pertama pengetatan likuiditas akibat daya beli turun.
Untuk menghadapi tantangan ini, bank digital perlu menerapkan strategi inovatif, seperti menghadirkan produk pinjaman berbasis teknologi yang mempermudah akses kredit serta menawarkan deposito fleksibel yang lebih sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Kedua, perang bunga di antara bank digital. Bank digital perlu mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, mengombinasikan suku bunga menarik dengan inovasi produk dan layanan bernilai tambah. Diversifikasi produk menjadi strategi utama untuk mempertahankan daya saing tanpa menimbulkan risiko likuiditas jangka panjang.
Ketiga, kondisi global yang tak menentu. Pendekatan manajemen risiko proaktif serta strategi diversifikasi aset menjadi esensial dalam menjaga ketahanan finansial. Analisis berbasis data analitik dan respons cepat terhadap perubahan kebijakan global menjadi faktor kunci dalam memitigasi risiko dan memastikan stabilitas operasional di tengah dinamika ekonomi global.
Berangkat dari tantangan tersebut, Anton punya siasat tersendiri untuk Krom Bank terus tumbuh dan menjemput masa depan yang lebih cerah. Siasat itu seperti penguatan likuiditas, penyaluran kredit yang prudent, serta pengembangan produk keuangan inovatif menjadi kunci dalam menjaga daya saing di tengah lanskap perbankan digital yang dinamis.
“Kami percaya dengan strategi yang tepat, pengelolaan risiko yang disiplin, dan inovasi yang berkelanjutan, Krom Bank dapat terus memberikan nilai tambah bagi nasabah sekaligus memperkuat posisi kami dalam industri perbankan digital di 2025 dan seterusnya,” kata Anton.
|Baca juga: Jangan Lagi Khawatir, Ini 5 Kebiasaan Mudah untuk Bantu Keuangan Rumah Tangga Tetap Stabil!
|Baca juga: Kamu Mau Cerdas Berinvestasi Sejak Dini? Coba Baca Informasi Berikut Ini!
Tidak dipungkiri, Krom Bank tetap mampu menunjukkan taringnya di tengah lanskap perbankan digital yang dinamis. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), misalnya, Krom Bank mencatat tumbuh lebih dari 15 kali lipat hingga Oktober 2024 secara tahunan (yoy). Lalu laba bersih mencapai Rp120,215 miliar atau naik 4,18 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kontributor utama pertumbuhan DPK berasal dari tabungan yang meningkat lebih dari 20 kali lipat (yoy) menjadi Rp350,6 miliar dan deposito yang naik lebih dari 15 kali lipat (yoy) menjadi Rp2,2 triliun. Kondisi itu yang membuat Anton Hermawan yakin industri perbankan digital memiliki peluang besar untuk terus bertumbuh.
“Industri perbankan digital menunjukkan prospek yang menjanjikan seiring dengan populasi underbanked di Indonesia yang masih mencapai 48 persen dari total populasi,” jelas Anton.
Lebih lanjut, bank dengan kode emiten BBSI ini telah mengantongi dana Rp2,95 miliar dari optimalisasi pelepasan idle asset eks Kantor Cabang Pembantu (Capem) di Bandung, Jawa Barat. Anton menjelaskan perseroan pada 22 November 2024 melakukan pelepasan idle asset Kantor Cabang Pembantu seiring dengan konversi layanan bisnis dari konvensional ke digital banking.
“Aset merupakan salah satu eks Kantor Capem Sentrasari, Bandung, dengan konversi harga sebesar Rp2,95 miliar,” jelasnya dalam keterbukaan informasi publik.
Dirinya menjelaskan tidak terdapat hubungan afiliasi dalam pelepasan aset tersebut. Dari konversi aset itu, jelas dia, kinerja perusahaan akan semakin sehat karena mendapat tambahan cashflow sehingga transformasi bisnis dari bank konvensional ke bank digital bisa berkesinambungan.
“Penyampaian informasi ini tidak berdampak pada kelangsungan usaha maupun layanan bank kepada nasabah,” kata dia.
Keyakinan bos Krom Bank terkait perbankan digital sejalan dengan pernyataan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae yang menyampaikan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan I/2025 menunjukkan responden optimistis kinerja perbankan akan semakin baik.
Optimisme perbankan tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan I/2025 yang tercatat sebesar 60 (zona optimistis). Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi terhadap stabilitas kondisi makroekonomi, serta berlanjutnya peningkatan intermediasi dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi.
|Baca juga: #Kabur Aja Dulu, Sekadar Tren atau Indikasi Niat?
|Baca juga: Antisipasi Krisis Ekonomi, Siapkan 5 Langkah Ini!
Selanjutnya, mayoritas responden juga meyakini risiko perbankan pada triwulan I/2025 masih terjaga dan terkendali. Hal ini terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 55 atau berada pada zona keyakinan bahwa risiko cukup manageable, seiring dengan keyakinan risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga.
Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan I/2025 juga optimistis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 74. Optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan I/2025 didorong oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang terus berlanjut dan adanya momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri yang dapat mendorong permintaan kredit.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News