1
1

Saham Perbankan Lagi Tidak Bertenaga, Mirae Asset Ungkap Penyebabnya!

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto. | Foto: Media Asuransi/Angga Bratadharma

Media Asuransi, JAKARTA – Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyoroti gerak saham perbankan berkapitalisasi besar yang mengalami pelemahan pada perdagangan sebelumnya. Kondisi itu terjadi di saat Bank Indonesia (BI) sudah memberikan stimulus berupa beberapa kali penurunan suku bunga acuan.

“Sebenarnya memang kita expect bahwa dari pertumbuhan kreditnya juga turun signifikan. Dan memang ada semacam kekhawatiran seberapa besar peran dari perbankan terutama di perbankan BUMN dalam mendukung program-program pemerintah,” kata Rully, usai Media Day: July 2025 by Mirae Asset, Selasa, 15 Juli 2025.

|Baca juga: KPK Tetapkan 5 Tersangka Korupsi Pengadaan Mesin EDC di BRI, Siapa Saja?

|Baca juga: Bos OJK Bocorkan Poin-poin Penting di POJK Ekosistem Asuransi Kesehatan

Ia menilai kondisi itu kemungkinan menjadi perhatian oleh para investor. Apakah situasi semacam itu bakal berlanjut atau bersifat temporer, Rully menilai, perlu melihat terlebih dahulu panduan dari manajemen dari industri perbankan untuk merespons tantangan yang ada.

“Mungkin kita lihat dari guidance dari manajemen dulu. Kira-kira apakah akan ada perubahan dari sisi guidance-nya. Pertumbuhan kreditnya seperti apa,” kata Rully.

Sedangkan Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga acuan yang seharusnya menjadi stimulus positif bagi industri perbankan di Tanah Air, terutama dari sisi penyaluran kredit. Akan tetapi, dirinya menegaskan, industri perbankan bakal bersikap waspada di masa mendatang.

“BI sendiri kan beberapa kali menurunkan proyeksi. Saya memperkirakan kalau perbankan itu akan cenderung lebih berhati-hati,” tuturnya.

|Baca juga: Ada Aturan Co-Payment, Pengamat: Masuk Akal Jika OJK Ubah Jadi POJK

|Baca juga: AdaKami Komitmen Dukung Literasi Keuangan Digital di Timur Indonesia

Di sisi lain, masih kata Rully, terkait volatilitas dan ketidakpastian ekonomi yang tinggi, saat ini sedang terjadi tren capital outflow yang cukup besar di pasar saham Indonesia meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih positif.

IHSG tercatat menguat ke 7.091 dari posisi akhir tahun di 7.079, ketika aliran dana asing bergerak keluar (foreign outflow) Rp57,9 triliun sejak awal tahun atau Year to Date (YTD) hingga 11 Juli 2025. Sepanjang Juli, foreign outflow sudah terjadi sebesar Rp4,3 triliun.

“Hal ini menunjukkan aktivitas perdagangan saham di dalam negeri yang menguat itu didukung oleh investor domestik,” tuturnya.

Sedangkan tren harga obligasi masih menunjukkan kenaikan dan penurunan imbal hasil sejalan dengan aliran dana asing masuk yang cukup besar. Sepanjang Juli, tercatat nett buy asing Rp 17,2 triliun MTD, atau Rp 70 triliun YTD, dipengaruhi pemangkasan BI Rate pada semester I/2025 dan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate (FFR) pada semester II/2025.

|Baca juga: Saham Allo Bank (BBHI) Tiba-tiba Melejit, Begini Penjelasan Manajemen

|Baca juga: Saham GOTO Ngos-ngosan Usai Kantor Digeledah Kejagung Terkait Kasus Korupsi Chromebook Rp9,9 Triliun

Dia memprediksi suku bunga BI Rate akan ditahan pada 5,5 persen hingga akhir tahun dan menunggu adjustment dari perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit. Likuiditas perbankan juga diprediksi lebih longgar di semester II/2025 yang dapat mendorong kenaikan harga obligasi dan penurunan yield.

|Baca juga: Industri Asuransi Syariah Siap-siap Merger Jelang Aturan Batas Modal Baru di 2026

|Baca juga: Bos Manulife Soroti Rendahnya Kepercayaan Publik sebagai Masalah Utama di Industri Asuransi Jiwa

“Di tengah tekanan Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif, kami memprediksi bank sentral AS masih akan berusaha berhati-hati dan melihat perkembangan data ekonomi untuk menentukan seberapa besar dan seberapa cepat penurunan suku bunga ke depan,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mirae: Reksa Dana Jadi Instrumen Investasi Tepat saat Volatilitas Tinggi
Next Post Menkeu Apresiasi Sinergi Komisi XI dalam Pembahasan RKP dan RKA Kemenkeu 2026

Member Login

or