1
1

Miris, Hanya 28% Perusahaan Asuransi di Asia Pasifik yang Siap Beralih ke Kecerdasan Buatan!

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Sektor asuransi jiwa di Asia Pasifik (APAC) tengah berjuang untuk memenuhi ekspektasi pelanggan dengan sebagian besar karena teknologi yang sudah ketinggalan zaman. Penyesuaian harus bisa dilakukan guna menjaga daya tahan dan memacu laju bisnis di masa mendatang.

“Lebih dari separuh (57 persen) pemegang polis tidak puas dengan harga, mengutip perhitungan premi yang tidak jelas, premi yang dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, dan biaya tersembunyi,” ungkap Laporan Asuransi Jiwa Dunia Capgemini 2025, dikutip dari Insurance Asia, Kamis, 17 Oktober 2024.

|Baca juga: PFI Mega Life Insurance akan Spin Off Unit Syariah dengan Mendirikan Perusahaan Asuransi Syariah Baru

|Baca juga: Ian F. Natapradja Diangkat Jadi Dirkeu Avrist General

Meskipun ada permintaan untuk pengalaman pelanggan yang lebih baik, namun hanya sedikit perusahaan asuransi yang berhasil mengadopsi proses berbasis data untuk layanan yang dipersonalisasi karena terhambat oleh teknologi lama dan upaya transformasi yang tidak berhasil.

Masalah pengalaman pelanggan tersebar luas, dengan 46 persen tidak puas dengan fitur produk, 45 persen terkait pendaftaran, 44 persen mengenai layanan, dan sebanyak 49 persen berkaitan proses klaim dan penyerahan.

Mayoritas perusahaan asuransi APAC (51 persen) mengaitkan pengalaman pelanggan yang buruk dengan adopsi teknologi canggih yang terbatas. Tantangan utama dari upaya transformasi lama di masa lalu meliputi kompleksitas integrasi (42 persen), ketidakselarasan dengan tujuan bisnis (58 persen), dan kurangnya sumber daya terampil (46 persen).

|Baca juga: Buntut PKPU, BEI Suspensi Perdagangan Saham PP Properti (PPRO)

|Baca juga: Bank DBS Indonesia dan Moduit Bersinergi Perluas Akses Investasi Obligasi Pasar Sekunder

Perusahaan asuransi di APAC memprioritaskan inisiatif untuk meningkatkan pengalaman pendaftaran, layanan mandiri, dan klaim, dengan 70 persen lebih menyukai pendekatan hibrida untuk modernisasi. Namun, saat ini hanya 28 persen yang siap untuk sepenuhnya memanfaatkan kemampuan AI generatif.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post S&P Global Ratings Sebut Struktur Permodalan Allianz Strong, Ini Alasannya!
Next Post Industri Asuransi Didorong Terapkan Praktik Ramah Lingkungan, Buat Apa?
toto Malukutoto login toto macau toto 4d ilmu bet slot maxwin MALUKU TOTO situs toto Malukutoto login Maluku toto cancertoto depo 5k ilmu bet slot gacor slot gacor hari ini malukutoto
maluku toto toto Malukutoto Malukutoto CANCER TOTO situs slot cancertoto toto toto toto slot gacor cancertoto
situs toto SLOT GACOR SLOT GACOR HARI INI situs toto
cancer toto malukutoto Maluku toto cancer toto CANCERTOTO ilmubet toto cancertoto maluku toto slot gacor slot gacor cancer toto malukutoto situs depo 5k situs toto cancertoto cancertoto cancertoto toto toto toto 4d 4d 4d
slot gacor slot gacor slot gacor slot slot slot slot gacor hari ini slot gacor hari ini slot gacor hari ini situs slot situs slot situs slot situs slot situs slot situs slot slot slot slot slot gaocr slot gaocr slot gacor

Member Login

or