Media Asuransi, JAKARTA – Chief Strategist Officer Prudential Syariah Mayang Ekaputri menyebutkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi kesehatan terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Kondisi ini diharapkan berdampak positif terhadap industri asuransi di masa mendatang.
“Sebanyak 73 persen dari 1.000 orang (menyebutkan) memiliki asuransi kesehatan merupakan hal yang penting,” kata Mayang, dalam seminar Indonesia Economy & Financial Outlook 2025 bertajuk ‘Prospects of Economy, Capital Market, Banking, Multifinance, and Insurance Amid National Government Transition: Stronger Together‘, di Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat Tugure A+ dengan Prospek Stabil
|Baca juga: Permohonan PKPU atas Wijaya Karya (WIKA) Dicabut
Selain itu, tambahnya, asuransi kesehatan paling banyak dibeli masyarakat (80 persen), asuransi jiwa (55 persen), asuransi pensiun (35 persen), dan asuransi pendidikan (35 persen). Peningkatan sebesar 45-50 persen pembelian asuransi jiwa oleh generasi muda, khususnya generasi milenial.
“Investasi halal mengalami peningkatan secara global terutama di kalangan generasi muda,” kata Mayang.
Di sisi lain, lanjutnya, pendapatan premi dan kontribusi industri asuransi jiwa baik konvensional maupun syariah per semester I/2024 tercatat Rp88,49 triliun atau naik 2,6 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Bahkan, literasi keuangan syariah di Indonesia naik 30 persen menjadi 39,11 persen dari sembilan persen pada tahun sebelumnya.
Namun, masih kata Mayang, pertanyannya adalah kenapa penetrasi asuransi masih rendah. Hal itu terjadi, lanjutnya, karena produk asuransi masih dianggap sebagai kebutuhan tersier, terbatasnya daya beli masyarakat terhadap produk asuransi, dan ketidakpercayaan publik terhadap industri asuransi akibat kasus gagal klaim.
|Baca juga: Akuisisi BTN terhadap Bank Syariah Masuk Proses Finalisasi
|Baca juga: OJK: Industri Asuransi Harus Tumbuh Bersama di 2025
Kendati demikian, dirinya mengapresiasi regulator jasa keuangan dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang turut mendukung ekosistem keuangan syariah. “Pertama kebijakan spin-off melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2023. Kedua, perizinan untuk Perusahaan Asuransi Syariah: POJK Nomor 6 Tahun 2023,” ucapnya.
Lebih lanjut, Mayang memandang ada tantangan yang dilihat oleh Prudential Syariah pada 2025. Pertama, kelas menengah menurun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan sebesar 17 persen selama lima tahun terakhir. Kedua, penetrasi rendah di mana asuransi jiwa konvensional 1,10 persen dan asuransi jiwa syariah 0,11 persen.
Ketiga, inflasi medis. Mercer Marsh Benefits (MMB) menyebutkan inflasi medis di Indonesia mencapai 13 persen di 2024, melebihi inflasi umum. Keempat, SDM ahli yang terbatas di bidang syariah. Kelima pilihan investasi syariah yang lebih sedikit dari konvensional
“Infrastruktur investasi syariah masih dalam tahap pengembangan dengan pilihan yang jauh lebih sedikit,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Mayang melihat ada solusi dari tantangan tersebut. “Prudential Syariah berinovasi dengan menyediakan produk yang terjangkau dan sederhana dengan fokus utama pada perlindungan, dan membangun kemitraan dengan ekosistem dan jaringan yang luas melalui berbagai komunitas, publik, dan organisasi,” ucapnya.
|Baca juga: APPI Perkirakan Industri Perusahaan Pembiayaan Tumbuh 10% di 2025
|Baca juga: Asuransi Tokio Marine Indonesia Bukukan Pendapatan Premi Rp1,47 Triliun per September 2024
Solusi lain yang dilakukan Prudential Syariah yakni mendorong digitalisasi melalui sosial media dan Sharia Knowledge Centre (SKC) dengan aktif memproduksi konten digital untuk meningkatkan literasi keuangan syariah; dan menghadirkan produk asuransi kesehatan PRUWell Syariah sebagai solusi di tengah tantangan biaya pengobatan yang tinggi.
Lalu memberikan manfaat layanan tambahan bagi peserta berupa promo menarik demi menjaga kesehatan secara optimal; menambah kanal/channel literasi untuk generasi muda; dan melakukan pelatihan rutin bagi internal karyawan khususnya tenaga pemasar, salah satunya melalui sharia way of selling.
|Baca juga: Sinergi Strategis Tugu Insurance dan ruparupa rewards untuk Manfaat Lebih bagi Pelanggan
|Baca juga: Bos DAI Pede Pertumbuhan Industri Perasuransian Tetap Menjanjikan di 2025
“Kemudian menyediakan berbagai pilihan dana investasi syariah yang tepat pada produk PAYDI berdasarkan profil risiko,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News