Media Asuransi, GLOBAL – Para bos perusahaan asuransi semakin pesimistis terhadap kondisi ekonomi global. Berdasarkan laporan KPMG CEO Outlook 2024, kepercayaan CEO terhadap ekonomi turun dari 93 persen pada 2015 menjadi 72 persen pada tahun ini.
Faktor utama yang memengaruhi adalah ketidakpastian ekonomi, risiko teknologi, serta tantangan dalam tenaga kerja.
CEO Singlife Singapore Pearlyn Phau menjelaskan turunnya kepercayaan ini disebabkan oleh berbagai tekanan internal dan eksternal yang mengubah industri asuransi. Menurutnya, perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu faktor yang menimbulkan ketidakpastian.
|Baca juga: KoinP2P Gagal Bayar Rp360 Miliar, Begini Respons OJK!
|Baca juga: Media Asuransi Gelar Webinar POJK 20/2023
“Munculnya AI dan semakin luasnya penggunaannya memang menciptakan ketidakpastian dan mungkin ketidaknyamanan di beberapa segmen tenaga kerja,” kata Phau, dikutip dari Insurance Asia, Jumat, 31 Januari 2025.
Ia mengakui AI membawa efisiensi dan meningkatkan pengalaman pelanggan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait hilangnya pekerjaan, keamanan data, dan etika penggunaannya. Phau menegaskan meskipun teknologi semakin berkembang, namun industri asuransi tetap bergantung pada interaksi manusia dan empati.
“Asuransi adalah industri yang didasarkan pada empati, penilaian manusia, dan interaksi personal yang tidak dapat digantikan oleh teknologi,” ujarnya.
Selain teknologi, ketidakpastian geopolitik juga menjadi tantangan besar bagi industri asuransi. Regulasi yang semakin kompleks turut memperburuk kondisi ini dan menambah beban bagi para pelaku industri dalam menjalankan bisnisnya.
Meski menghadapi banyak tantangan, namun Phau optimistis industri asuransi masih bisa bangkit dengan memanfaatkan inovasi dan meningkatkan ketahanan operasional. Ia menekankan pentingnya digitalisasi layanan untuk memudahkan akses pelanggan.
|Baca juga: Asuransi Kredit Disebut Tawarkan Cuan Menggiurkan, OJK: Asal Risiko Dikelola Lebih Baik!
“Kita harus terus mendigitalkan layanan dan memindahkan lebih banyak proses ke web dan aplikasi agar lebih mudah diakses,” ujar Phau.
Lebih lanjut, ia menambahkan, industri perlu terus berfokus pada komitmen ESG serta investasi dalam pengembangan talenta agar tenaga kerja memiliki keterampilan yang tepat untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News