1
1

Dana Murah Makin Langka, BI Punya Jurus Jitu Bikin Kredit Tetap Mengalir

Gedung Bank Indonesia. | Foto: BI

Media Asuransi, JAKARTA – Persaingan berebut dana murah di kalangan perbankan kian sengit. Dalam kondisi ini, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan menaikkan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) menjadi 35 persen demi menjaga agar penyaluran kredit tidak tersendat.

Peningkatan batas RPLN diyakini akan memperluas akses sumber pendanaan bank dan menurunkan biaya dana atau Cost of Fund (CoF). Hal itu dinilai penting agar bank tidak terus bergantung pada Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam negeri yang pertumbuhannya mulai melambat.

|Baca juga: Bank Raya (AGRO) Berencana Buyback Saham Rp20 Miliar, Begini Penjelasannya!

|Baca juga: Masyarakat Diminta Punya Komitmen saat Mengakses Kredit Digital

“Dengan RPLN ini, pasti sumber funding-nya terbuka. Kemudian, pasti akan menurunkan cost of fund, karena lebih kompetitif daripada special rate dari SSB (surat-surat berharga). Sehingga kredit suku bunganya turun, pertumbuhan kredit meningkat dan ini mendukung ekonomi,” ujar Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro, Senin, 26 Mei 2025.

Solikin menyoroti adanya kompetisi tajam antarbank dalam menarik dana murah seperti tabungan dan giro (CASA). Bank-bank kini banyak menawarkan suku bunga spesial demi menarik dana, namun kondisi ini justru membuat biaya dana menjadi lebih mahal.

“Kalau cost of fund naik, berarti suku bunga kredit naik, lalu penyaluran kredit akan turun. Itu (kondisi tersebut) tidak boleh. Kalau sudah begitu, nanti support untuk pembiayaan pembangunan berkurang. Nah ini yang BI upayakan (mengantisipasinya melalui kebijakan makroprudensial),” katanya.

Dari sisi likuiditas, BI mencatat kondisi perbankan masih cukup longgar. Namun, pertumbuhan DPK terus menurun dari 5,51 persen secara tahunan (yoy) pada Januari 2025 menjadi 4,55 persen yoy pada April 2025. Sementara pertumbuhan kredit tercatat sebesar 8,88 persen yoy di April, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,16 persen yoy.

|Baca juga: Addin Jauharudin Mundur dari Komisaris Independen Waskita Karya Akibat Rangkap Jabatan

|Baca juga: MNC Bank Gandeng BPR Bank Kota Bogor Perluas Layanan Digital

Solikin mengatakan, kondisi perlambatan ekonomi global dan domestik turut memengaruhi kinerja penghimpunan dana. Namun, ia menilai, intermediasi bank masih cukup baik meski perlu terus dioptimalkan.

Ia menambahkan, bank sentral tetap konsisten mendorong pertumbuhan. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan BI disertai dengan penguatan kebijakan makroprudensial di sisi pendanaan dan pembiayaan merupakan bentuk sinergi yang solid.

Sebagai informasi, BI sebelumnya telah melonggarkan batas maksimum RPLN dari 30 persen menjadi 35 persen dari modal bank. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pelonggaran ini bertujuan meningkatkan sumber pendanaan bank dari luar negeri sesuai kebutuhan perekonomian dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Selain itu, BI juga menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk memberikan fleksibilitas kepada bank dalam mengelola likuiditas. Untuk Bank Umum Konvensional, rasio PLM dipangkas dari lima persen menjadi empat persen.

|Baca juga: Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Rp500 Miliar untuk Bumi Resource Mineral (BRMS)

|Baca juga: J Trust Bank (BCIC) Terapkan 3 Jurus Ini untuk Terus Tumbuh di 2025

Sedangkan untuk Bank Umum Syariah dari 3,5 persen menjadi 2,5 persen. Kebijakan ini juga efektif berlaku mulai 1 Juni 2025. Langkah-langkah ini diambil sebagai respons BI untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memastikan kredit tetap mengalir ke sektor riil meskipun tekanan likuiditas sedang terjadi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Penguatan Pasar Saham Diprediksi Berlanjut, Tapi Terbatas
Next Post RUPTL PLN 2025-2034 Disahkan, Peluang Investasi Tembus Rp2.967,4 Triliun!

Member Login

or