Media Asuransi, JAKARTA – Hasil riset IFG Progress terbaru menyebutkan, dari sisi jalur distribusi, pangsa pasar masih didominasi oleh tiga kanal utama, yaitu bancassurance, agen asuransi, dan direct marketing. Secara pertumbuhan, kinerja masing-masing jalur distribusi mencatatkan kinerja yang bervariasi.
Dalam laporan bertajuk Insurance quarterly Reporting Kuartal I/2025 disebutkan bahwa bancassurance dan agen asuransi mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar -2,4 persen year on year (yoy) dan -1,5 persen yoy, yang mencerminkan dampak perlambatan akuisisi nasabah baru selama periode puasa dan lebaran.
“Sebaliknya, saluran distribusi employee benefit consultant tumbuh signifikan sebesar 65,3 persen yoy. Saluran distribusi ini terkait erat dengan produk asuransi kesehatan kumpulan yang juga mengalami peningkatan premi karena aktivitas repricing sebagai bentuk mitigasi risiko atas meningkatnya klaim produk asuransi kesehatan,” ungkap salah satu tim penulisnya Senior Research Associate IFG Progress UI, Ibrahim Kholilul Rohman, yang dikutip Selasa, 1 Juli 2025.
|Baca juga: Pesona Asuransi Satelit Meroket, IFG Progress: Tumbuh 1.956% di Kuartal I/2025
Hasil riset IFG Progress yang juga mengacu data dari AAJI menyebutkan ada pergeseran preferensi produk asuransi jiwa dari PAYDI ke produk tradisional masih berlanjut hingga Kuartal I 2025.
Berdasarkan data AAJI, pendapatan premi PAYDI tercatat turun sebesar 14,2 persen yoy. Tren ini semakin menegaskan dampak lanjutan dari penerapan SEOJK 5/2022, yang memperketat ketentuan tata kelola dan transparansi produk PAYDI.
Selain itu, koreksi pasar saham yang tercermin dari kinerja negatif IHSG sepanjang kuartal I/2025 turut memengaruhi minat masyarakat terhadap PAYDI. Sementara itu, kinerja asuransi kesehatan tetap menjadi fokus utama industri.
|Baca juga: Kinerja Asuransi Jiwa Membaik di 2024, Apakah Berlanjut di 2025?
Hasil riset menyebutkan, meskipun total klaim menurun secara nominal dari Rp6,0 triliun menjadi Rp5,8 triliun, penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penerima manfaat klaim dari 2,6 juta menjadi 1,4 juta orang.
Dengan kata lain, terjadi penurunan frekuensi klaim, namun severity atau biaya per klaim relatif masih tinggi. Fenomena ini dapat mengindikasikan beberapa hal, seperti dominasi klaim dari kelompok nasabah berisiko tinggi yang tetap aktif melakukan klaim, serta kemungkinan terjadinya overtreatment atau overutilization oleh penyedia layanan kesehatan.
“Perbaikan pada loss ratio tercatat lebih disebabkan oleh peningkatan pendapatan premi asuransi kesehatan yang tumbuh sebesar 47 persen yoy. Kenaikan ini kemungkinan besar berasal dari kebijakan repricing yang diterapkan oleh pelaku industri, baik untuk produk individu maupun kumpulan, sebagai respons terhadap tren peningkatan klaim dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap laporan riset IFG Progress terbaru.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News