1
1

Imbauan Taktis dari DBS CIO di Kuartal III/2025

Gedung Bank DBS Indonesia. | Foto: Bank DBS Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – 100 hari pertama masa jabatan Trump memberikan kejutan besar, mulai dari pemangkasan biaya DOGE secara agresif hingga memicu perang tarif global. Pendekatannya telah mengubah posisi Amerika Serikat secara signifikan, namun ambiguitas kebijakan tetap menjadi ciri utama yang meningkatkan premi risiko atas aset keuangan AS.

Reformasi pajak besar-besaran yang baru saja disahkan memunculkan pertanyaan serius mengenai keberlanjutan utang, dengan proyeksi CBO menunjukkan defisit anggaran mencapai US$1,9 triliun tahun ini dan utang federal mencapai 118 persen dari PDB pada 2035. Penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s menjadi Aa1 menandai secara simbolis berakhirnya status ‘bebas risiko’ dari obligasi AS, sementara imbal hasil obligasi 30 tahun yang menembus lima persen mencerminkan kekhawatiran atas keberlanjutan fiskal.

|Baca juga: Bank DBS Indonesia Sebut Tidak Alami Pengetatan Likuiditas, Ini Alasannya!

Dalam DBS Chief Investment Officer (CIO), dikutip dari keterangan resmi, Selasa, 8 Juli 22025 disebutkan ada beberapa imbauan yakni:

  1. Lintas Aset – Obligasi Tetap Menarik

Pertahankan preferensi terhadap obligasi dibandingkan saham dalam konteks stagflasi (stagflation). Momentum manufaktur AS melambat sejak awal tahun, sementara kejutan ekonomi mengecewakan seiring ketidakpastian perang dagang yang mengikis kepercayaan bisnis dan menghambat belanja modal.

Uniknya, perlambatan pertumbuhan ini berbarengan dengan risiko inflasi yang meningkat akibat gangguan rantai pasok, ketatnya pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan suplai uang, dengan banyak perusahaan yang sudah melaporkan lonjakan biaya input. Proyeksi laba AS direvisi turun sedikit, menunjukkan asumsi analis tentang deeskalasi perang dagang, dengan tren serupa terjadi di Eropa dan Jepang. Asia (di luar Jepang) justru menunjukkan kekuatan dengan proyeksi pertumbuhan laba 2025 sebesar 12,4 persen (vs 6,6 persen untuk DM).

  1. Saham – Pertahankan keyakinan pada Teknologi AS; Tambah bobot di Eropa

Mengingat ketidakpastian tarif yang masih berlangsung, alokasi negara menghadapi hasil biner tergantung pada negosiasi kesepakatan dagang pada bulan Juli. DBS CIO mempertahankan asumsi dasar terkait de eskalasi pragmatis antara China dan Eropa.

|Baca juga: DBS: Likuiditas Perbankan di Indonesia Memang Ketat

Di antara negara maju, DBS CIO mempertahankan posisi pengurangan bobot kecil (slight underweight) pada saham AS karena proyeksi laba konsensus masih sangat optimistis (11 persen vs 7 persen untuk DM) dan pelemahan dolar mendorong diversifikasi portofolio. Namun, panduan kuat dari Nvidia memperkuat ketahanan industri AI, dengan momentum teknologi diperkirakan mampu mengimbangi kelemahan sektor non-teknologi AS.

  1. Obligasi – Pendekatan Duration Barbell di Tengah Kekhawatiran Fiskal & Inflasi

Perhatian pasar bergeser ke keberlanjutan fiskal seiring meningkatnya imbal hasil jangka panjang akibat ketidakseimbangan permintaan-penawaran. Kenaikan tajam pada Treasury dan JGB tenor panjang mencerminkan inflasi yang membandel akibat ketidakpastian tarif, ketatnya pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan suplai uang.

|Baca juga: Bank DBS Indonesia Sebut Bisnis Bancassurance Tetap Cerah hingga 2025

DBS CIO menurunkan peringkat obligasi pemerintah DM menjadi Netral baik untuk jangka tiga bulan maupun 12 bulan karena ekspektasi imbal hasil jangka panjang yang lebih tinggi dan kurva yang makin curam. Dalam instrumen obligasi, tetap fokus pada kualitas di level A/BBB dan gunakan strategi duration barbell dengan eksposur 2-3 tahun dan 7-10 tahun peringkat investasi. Strategi Liquid+ 2-3 tahun oleh DBS CIO tetap ideal untuk kondisi stagflasi. DBS CIO kurang yakin terhadap high yield (HY) karena risiko pelebaran spread.

  1. Aset Alternatif – Overweight Emas (Target USD 3.765/ons); Cari Peluang di Aset Privat Fixed Income

Emas diuntungkan pada skenario apapun dalam masa Trump 2.0. Di satu sisi, pemotongan pajak dan deregulasi hanya akan memperparah kekhawatiran jangka panjang terhadap pelemahan moneter di AS. Di sisi lain, kebijakan tarif dan kejutan kebijakan akan mendorong imbal hasil obligasi lebih rendah dan mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas.

Untuk aset privat, DBS CIO menyarankan investor mencari peluang pada middle market buyouts dan growth private equity. Perusahaan skala menengah memiliki valuasi pembelian lebih rendah, memberikan potensi kenaikan nilai lebih besar di masa depan.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Vietnam Perketat Penegakan Hukum Akibat Meledaknya Pelanggaran dan Penundaan Jaminan Sosial
Next Post Rencana Merger 3 Reasuransi BUMN, Tugure  Manut  Pemegang Saham

Member Login

or