1
1

BRI Insurance Bertranformasi Menjadi Asuransi yang Terpercaya dan Terus Tumbuh

CS BRI Insurance sedang melayani calon nasabah. | Foto: BRI Insurance

Media Asuransi, JAKARTA – Peran industri asuransi umum dalam sektor keuangan nasional masih tergolong kecil, tercermin dari kinerjanya sepanjang 2024. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi asuransi umum hanya tumbuh sebesar 5,36 persen menjadi Rp117,71 triliun, menurun jauh dibandingkan pertumbuhan pada 2023 yaitu 19,52 persen.

Laba bersih bahkan anjlok drastis hingga minus Rp8,94 triliun pada akhir 2024, mencerminkan penurunan sebesar 197,79 persen dari pertumbuhan positif tahun sebelumnya. Sementara itu, total aset asuransi umum hanya meningkat tipis 7,77 persen sebesar Rp242,91 triliun.

Pimpinan Corporate Planning and Strategy Division PT BRI Asuransi Indonesia (BRI Insurance), Aryo Swastika Nugroho, mengatakan bahwa data ini mengindikasikan sektor asuransi umum masih menghadapi tantangan besar dalam memperkuat kontribusinya terhadap dinamika industri keuangan nasional.

|Baca juga: Premi BRI Insurance Melejit, tapi Fitch Ratings Berikan Peringatan Ini!

Berdasarkan data OJK per September 2024, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 2,6 persen terhadap PDB, jauh tertinggal dari negara lain seperti Malaysia (4,8 persen), Jepang (7,1 persen), dan Singapura (11,4 persen). Penetrasi asuransi umum bahkan lebih rendah, hanya 0,53 persen, mencerminkan kontribusi yang masih sangat terbatas terhadap perekonomian nasional.

Selain itu, densitas asuransi umum masih rendah, yaitu sekitar Rp417 ribu per kapita per tahun. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat rata-rata hanya mengalokasikan dana kecil untuk pelindungan risiko.

Aryo menuturkan bahwa rendahnya angka penetrasi menunjukkan terbatasnya peran asuransi dalam menopang stabilitas ekonomi, sementara densitas yang rendah mencerminkan produk asuransi belum menjangkau masyarakat secara luas, baik dari sisi aksesibilitas maupun keterjangkauan. “Kondisi ini menjadi sinyal kuat perlunya reformasi strategi distribusi dan pengembangan produk yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar,” katanya dalam keterangan resmi, Senin, 14 Juli 2025.

|Baca juga: Laba BRI Insurance 2024 Melonjak 45,36%, Tembus Rp702 Miliar

Dia tambahkan, pada 2025, tingkat literasi asuransi masyarakat mencapai 45,45 persen. Namun, tingkat inklusinya hanya mencapai 28,5 persen. Artinya, meskipun pemahaman masyarakat terhadap asuransi semakin meningkat, hal ini belum sepenuhnya berujung pada penggunaan produk.

Sementara itu, sektor perbankan mencatat capaian inklusi yang lebih baik, dengan 36 persen masyarakat dewasa telah memiliki akses terhadap layanan keuangan formal. Ini menunjukkan bahwa tantangan utama asuransi bukan hanya pada pemahaman, tetapi pada konversi pengetahuan menjadi partisipasi nyata.

Menurut Aryo, perusahaan asuransi perlu mengambil langkah strategis yang tidak hanya bersifat taktis tetapi juga berdampak jangka panjang. Salah satu strategi yang potensial adalah optimalisasi kanal bancassurance. “Kanal ini memungkinkan produk asuransi umum ditawarkan secara tepat sasaran, efisien, dan melekat pada kebutuhan nyata nasabah dengan memanfaatkan kepercayaan serta infrastruktur bank yang telah mapan,” katanya.

|Baca juga: BRI Insurance dan PNM Bangun Sumur Bor dan Penampungan Air Bersih di Lombok Tengah

Namun, berdasarkan data AAUI, kontribusi premi dari kanal bancassurance justru mengalami penurunan 27,4 persen pada 2024. Hal ini kontras dengan kanal seperti broker dan direct marketing yang justru mencatat pertumbuhan masing-masing 17,6 persen dan 17,5 persen. “Fakta ini menunjukkan bahwa potensi bancassurance belum dioptimalkan secara strategis, bukan karena pasarnya kecil, tetapi karena pendekatannya belum terstruktur dan proaktif,” tegasnya.

Menurut Aryo, dengan pertumbuhan jumlah nasabah dan volume kredit yang terus meningkat di sektor perbankan, semestinya pertumbuhan premi asuransi dapat sejalan. Sayangnya, minimnya interaksi langsung antara perusahaan asuransi dan debitur bank menyebabkan potensi pasar ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Padahal skema kerja sama bancassurance baik dalam model referensi, distribusi, maupun integrasi memberikan fleksibilitas tinggi dalam penetrasi pasar. Melalui sinergi ini, perusahaan asuransi dapat menjangkau basis nasabah bank dengan biaya akuisisi yang lebih rendah, sementara bank memperoleh tambahan pendapatan non-bunga (fee-based income) yang signifikan.

Solusi lainnya adalah meningkatkan eksposur asuransi umum melalui integrasi dalam ekosistem layanan perbankan. Saat nasabah membuka rekening, mengajukan KPR, atau kredit kendaraan, kebutuhan proteksi muncul secara alami. “Pada momen inilah, produk seperti asuransi kebakaran, kendaraan, atau pengiriman barang sebaiknya ditawarkan secara otomatis dan dijelaskan dengan bahasa yang sederhana, sehingga menjadi bagian dari perjalanan finansial nasabah, bukan sekadar tambahan,” jelas Aryo.

|Baca juga: BRI Insurance Pertahankan Peringkat AA Outlook Stabil dari Fitch

Edukasi juga dapat diperkuat melalui kanal komunikasi yang telah dipercaya nasabah, seperti push notification aplikasi mobile banking atau email resmi bank. Pendekatan ini mendorong nasabah untuk mengenali risiko yang dapat diasuransikan serta menjelajahi produk asuransi secara mandiri dan aman.

Inovasi produk asuransi umum perlu diarahkan pada konsep SMES (Sederhana, Murah, Ekonomis, dan Segera), mengingat tingkat densitas asuransi umum di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini mencerminkan preferensi masyarakat terhadap produk dengan premi terjangkau dan proses yang tidak rumit.

Aryo mengatakan bahwa produk asuransi dengan nilai pertanggungan besar serta fitur kompleks belum tentu sesuai dengan daya beli maupun kebutuhan pasar saat ini. Oleh karena itu, pengembangan produk seperti asuransi mikro untuk rumah tinggal, tempat usaha, UMKM, atau kebakaran skala kecil menjadi sangat relevan. Produk-produk ini idealnya dapat diakses secara digital dan dilengkapi dengan proses klaim yang sederhana.

“Salah satu contoh penerapan strategi ini dilakukan oleh BRI Insurance melalui produk unggulan Asuransi Mikro BRINS. Produk ini dirancang secara praktis, dengan premi terjangkau mulai dari puluhan ribu rupiah, namun tetap memberikan pelindungan esensial terhadap risiko kebakaran, kebanjiran, pencurian, hingga kerusakan yang dapat mengganggu kelangsungan usaha,” tuturnya.

Menurut dia, solusi ini relevan dengan kebutuhan pelaku usaha kecil seperti toko kelontong, warung makan, hingga kios pulsa. Selaras dengan semangat inklusi keuangan, produk ini ditujukan untuk menjangkau lapisan masyarakat yang paling rentan terhadap risiko, namun kerap terabaikan oleh proteksi formal.

Konsep SMES menjadi nilai utama dalam layanan ini. Proses pendaftaran dapat dilakukan secara digital melalui platform BRINS Mobile maupun BRI Mobile, tanpa memerlukan tatap muka. Formulir dan dokumen yang dibutuhkan juga disusun secara sederhana, cukup dengan data usaha dan identitas diri.

Proses klaim pun mudah dan cepat dibayarkan. Dengan biaya yang ekonomis, produk ini menjadi langkah strategis BRINS dalam memperkuat daya tahan finansial UMKM sekaligus memperluas penetrasi asuransi umum di Indonesia.

“Inilah bukti bahwa proteksi tidak harus rumit dan mahal, tetapi cukup cerdas dan tepat guna. Dengan menciptakan solusi yang sesuai dengan realitas lapangan, industri asuransi umum dapat tumbuh lebih inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan,” kata Aryo.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Naik ke Level Tertinggi 3 Pekan
Next Post Asuransi Astra Terus Membangun Kehidupan Berkelanjutan

Member Login

or