1
1

Gelar Panel Diskusi BUSS ke-2, APPARINDO: Kapasitas Reasuransi Masih Bisa Ditingkatkan via Penggabungan!

Ketua Dewan Kehormatan APPARINDO Harry Purwanto. | Foto: Media Asuransi/Muh Fajrul Falah

Media Asuransi, JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APPARINDO) kembali menggelar panel diskusi Broker Underwriter Synergy Series (BUSS) yang ke-2 dengan tema ‘Kapasitas Reasuransi Dalam Negeri‘ pada Selasa, 24 September 2024.

Acara ini berlangsung di Jakarta dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan di sektor industri perasuransian. Panel diskusi kali ini menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Direktur PT Maskapai Reasuransi Indonesia Trinita Situmeang; Direktur Teknik PT BRI Asuransi Indonesia Ade Zulfikar; dan Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama Delil Khairat.

|Baca juga: Gorontalo Diguncang Gempa Bumi Tak Berpotensi Tsunami, Wajib Punya Asuransi?

Ketiganya memberikan pandangan mendalam mengenai kapasitas dan tantangan industri reasuransi di dalam negeri.

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kehormatan APPARINDO Harry Purwanto menyampaikan pentingnya kolaborasi di antara perusahaan reasuransi untuk memperkuat ekosistem asuransi di Indonesia.

Harry menyoroti kapasitas reasuransi dalam negeri saat ini masih bisa ditingkatkan melalui penggabungan beberapa perusahaan reasuransi. Ia mengibaratkan langkah tersebut serupa dengan penggabungan bank-bank pemerintah di masa lalu yang berhasil menciptakan kekuatan yang lebih besar.

|Baca juga: Ada Kabar Buruk dari Swiss Re tentang Covid-19, Kematian Masih Meningkat!

|Baca juga: Generasi Z dan Milenial Kian ‘Terpenjara’ dalam Doom Spending, Bagaimana Menghindarinya?

“Memang kalau kita lihat saat ini kapasitasnya (reasuransi) enak-enak sedap. Kalau saya berpikir, kenapa sih bank saja bisa bersatu? Dulu ada beberapa bank pemerintah yang bisa bergabung, Alhamdulillah bisa,” kata Harry, saat membuka acara.

“Nah, sekarang kenapa reasuransi tidak bisa? Siapa tahu ke depan kapasitas reasuransi Indonesia bisa besar juga, bergabung beberapa reasuransi, kemudian muncul lagi reasuransi baru. Nah, itu yang mungkin bisa membuat kita lebih fleksibel,” tambah Harry.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum APPARINDO Yulius Bhayangkara turut menyoroti kondisi industri reasuransi di Indonesia yang saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait kapasitas dan regulasi yang semakin ketat.

Yulius menjelaskan meski ada keinginan kuat untuk maju, namun industri reasuransi saat ini sedang bersikap hati-hati dan fokus pada menjaga bottom line mereka.

“Menurut saya, saat ini niat majunya ada, tetapi fokusnya sedang ke hati-hati, jadi ke bottom line. Ini ditambah lagi dengan adanya regulasi soal IFRS yang memberi tekanan tambahan untuk menjaga bottom line,” ujarnya.

|Baca juga: Rasio Modal Asuransi Asei Terjun Bebas, Ada Apa?

|Baca juga: Anak Usaha Green Power Group (LABA) Segera Produksi Baterai Pack

Dirinya menambahkan tantangan utama dalam meningkatkan kapasitas reasuransi domestik terletak pada penambahan modal yang dapat dilakukan secara organik melalui keuntungan, investasi, atau melalui suntikan modal.

Trinita menyatakan kapasitas reasuransi dalam negeri terus menjadi tantangan besar bagi industri asuransi. Meskipun ada peningkatan pada 2023, namun kapasitas tersebut masih belum kembali ke kondisi optimal seperti yang terlihat pada 2019.

Faktor utamanya adalah modal yang ditanamkan tidak tumbuh dengan signifikan, sehingga kapasitas reasuransi pun tidak bertambah sesuai harapan. “Salah satu penyebab utama terbatasnya kapasitas adalah dinamika pasar yang berubah drastis setelah 2020. Modal itu adalah modal untuk bermain,” kata Trinita.

Dia menggarisbawahi pentingnya pertumbuhan modal dalam mendorong kapasitas reasuransi yang lebih besar. Pasar global yang mengalami hard market dan regulasi yang ketat turut memperlambat pemulihan kapasitas dalam negeri.

|Baca juga: GOTO Gandeng Tencent untuk Tingkatkan Layanan Ekosistem Digital

|Baca juga: Bikin Bangga! 4 Bank Pelat Merah Ini Masuk Daftar Perusahaan Paling Terpercaya di Dunia

Di sisi lain, reasuransi dari luar negeri yang sebelumnya meninggalkan pasar Indonesia selama 2022, mulai kembali pada 2023. Namun, dinamika hard market membuat kapasitas tersebut belum bisa pulih sepenuhnya, bahkan untuk memenuhi permintaan reasuransi domestik.

Untuk ke depan, lanjut Trinita, pemulihan kapasitas akan sangat bergantung pada peningkatan performa industri reasuransi itu sendiri. Ketika performa membaik, diharapkan kapasitas akan ikut tumbuh, memberikan ruang lebih bagi perusahaan reasuransi lokal untuk memenuhi kebutuhan industri.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pertumbuhan Industri Asuransi India Diprediksi Lampaui Rerata Global, Faktor Ini Pemicunya!
Next Post Harga Beras Kualitas Premium Turun 1,19%

Member Login

or