Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi global harus putar otak menghadapi tren slowbalisation, atau perlambatan globalisasi, yang mengubah peta ekonomi dunia. Hal itu wajib dilakukan guna meminimalisir kerugian dan memaksimalkan pertumbuhan bisnis di masa mendatang.
Geneva Association dalam laporannya bertajuk ‘Insurance in a Fragmented World Economy‘ mengungkapkan dunia kini bergerak ke arah fragmentasi, di mana keamanan nasional lebih diutamakan dibandingkan dengan efisiensi ekonomi. Perubahan ini berdampak besar pada manajemen risiko global.
|Baca juga: WFH atau Remote Working, Mana yang Lebih Efektif?
|Baca juga: Profil Lengkap Gregory Hendra Lembong, Calon Bos Baru BCA (BBCA) Pengganti Jahja Setiaatmadja
Dikutip dari Insurance Asia, Senin, 17 Februari 2025. Geneva Association mencatat melemahnya kerja sama internasional membuat industri asuransi kesulitan dalam diversifikasi risiko, baik dalam underwriting maupun investasi. Selain itu, perbedaan regulasi di tiap negara juga menambah tantangan operasional bagi pelaku industri.
Namun, di tengah ketidakpastian ini, muncul peluang bisnis baru. Geneva Association menilai asuransi risiko politik dan energi terbarukan bisa menjadi ceruk pasar potensial di era ekonomi yang makin terfragmentasi.
Laporan tersebut juga memetakan tiga skenario yang mungkin terjadi —fragmentasi ringan, moderat, dan ekstrem— serta strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan asuransi dalam menghadapi masing-masing kondisi tersebut.
|Baca juga: Krisis Tenaga Kerja, Industri Asuransi Pakai Kecerdasan Buatan untuk Pertahankan Bisnis!
|Baca juga: AM Best Bawa Kabar Buruk, Industri Asuransi Diminta Segera Perkuat Cadangan Keuangan di 2025!
Managing Director Geneva Association Jad Ariss menegaskan industri asuransi harus bisa beradaptasi dengan volatilitas tinggi dan keterbatasan diversifikasi. Di saat yang sama, pelaku industri juga harus jeli melihat peluang baru yang muncul akibat perubahan ini.
Direktur Macro & Geoeconomic Shifts Kai-Uwe Schanz, yang juga penulis laporan tersebut, mengingatkan meskipun deglobalisasi penuh belum tentu terjadi, namun risiko besar seperti perubahan iklim dan keamanan siber tetap menjadi ancaman serius bagi industri asuransi. Karena itu, fleksibilitas strategi menjadi kunci agar industri tetap bertahan dan berkembang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News