Media Asuransi, JAKARTA – Aon mencatat bencana alam telah mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar US$65 miliar di wilayah Asia Pasifik di sepanjang 2023. Dalam Laporan Iklim dan Bencana 2024 yang baru dirilis, Aon menyoroti terjadi 398 kejadian bencana alam di seluruh dunia pada 2023, yang menghasilkan kerugian ekonomi US$380 miliar.
Dilansir dari laman Reinsurance News, Rabu, 3 April 2024, kerugian ekonomi di wilayah Asia Pasifik, terutama didorong oleh banjir di China dan kekeringan di India, mencapai US$65 miliar, yang merupakan 48 persen lebih rendah dari rata-rata abad ke-21.
Satu poin penting yang perlu ditekankan adalah ‘kesenjangan perlindungan’ –yaitu proporsi dari total kerugian yang tidak diasuransikan– untuk Asia Pasifik mencapai 91 persen, dengan hanya sembilan persen dari kerugian, atau US$6 miliar dari kerugian ekonomi, yang tertutupi oleh asuransi.
Aon menjelaskan angka ini berada di bawah rata-rata abad ke-21 sebesar US$15 miliar, yang menunjukkan urgensi untuk memperluas perlindungan asuransi di wilayah tersebut. Sementara itu, banjir tetap menjadi ancaman berulang di Asia Pasifik dengan kerugian tahunan telah melebihi US$30 miliar setiap tahun sejak 2010.
|Baca juga: OJK Mencabut Izin Usaha PT BPR Sembilan Mutiara
Di beberapa tahun terakhir, kerugian akibat banjir secara keseluruhan terbukti menjadi yang paling mahal, menyumbang lebih dari 64 persen dari total kerugian pada 2023. Pada saat yang sama, sekitar 50 persen dari kerugian di Asia Pasifik terkait banjir di China, yang mengakibatkan lebih dari US$32 miliar kerugian ekonomi dan US$1,4 miliar kerugian yang diasuransikan.
CEO Reinsurance Solutions untuk wilayah Asia Pasifik Aon George Attard mengatakan temuan dari Survei Manajemen Risiko Global 2023 Aon untuk Asia Pasifik menunjukkan meskipun perubahan iklim tidak tercantum dalam 10 besar, namun hal tersebut secara langsung memengaruhi empat dari 10 risiko teratas bagi bisnis.
“Dengan iklim yang menciptakan rekor cuaca ekstrem baru, bisnis semakin perlu mengkuantifikasi dan mengatasi dampak langsung dan tidak langsung dari risiko iklim. Oleh karena itu, bisnis harus memanfaatkan analitik canggih dan ahli untuk membantu menganalisis tren iklim dan membuat keputusan yang lebih baik untuk mengatasi risiko,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News