1
1

Pemimpin Bisnis Khawatirkan Lambatnya Respons terhadap Risiko Megatren Global

Ilustrasi. | Foto: Aon

Media Asuransi, GLOBAL – Survei terbaru dari Aon menyebutkan hampir tiga perempat (72 persen) pemimpin bisnis percaya bisnis mereka tidak bergerak cukup cepat untuk mengatasi risiko yang terkait dengan megatren global dalam perdagangan, teknologi, dan cuaca.

Survei ini, yang mengumpulkan wawasan dari eksekutif bisnis di Amerika Utara, Inggris, dan Eropa, menemukan 86 persen pemimpin bisnis merasa penting untuk mengatasi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh megatren tersebut. Mayoritas responden menilai keempat megatren sebagai sangat penting bagi bisnis mereka.

|Baca: BCA Raih Penghargaan dari PMI Jakarta di Hari Donor Darah Sedunia

CEO Aon Greg Case menyatakan dunia yang semakin tidak stabil dan kompleks menciptakan kebutuhan akan solusi baru di seluruh ekonomi global. Presiden Aon Eric Andersen menambahkan tanpa tindakan, pembuat keputusan bisnis tidak akan mampu mengelola eksposur mereka terhadap megatrend ini secara efektif.

Dilansir dari laman Reinsurance News, Jumat, 19 Juli 2024, dalam hal prioritas, 80 persen lebih responden menilai perdagangan, teknologi, dan tenaga kerja sebagai sangat penting, sementara 70 persen menilai cuaca sebagai risiko utama.

Risiko rantai pasokan juga menjadi perhatian utama, dengan 74 persen pembuat keputusan bisnis menyatakan tanggung jawab mereka dalam fungsi rantai pasokan atau distribusi meningkat selama setahun terakhir.

Kemajuan dalam AI dan data analitik menawarkan keunggulan kompetitif tetapi juga menghadirkan risiko baru. Sebanyak 63 persen pemimpin bisnis telah mengukur ROI dari inisiatif keamanan siber dan 61 persen mengaudit pemasok TI untuk mengelola risiko pihak ketiga.

Timbulkan risiko baru

Dalam menghadapi risiko cuaca, sebanyak 66 persen pemimpin bisnis memahami masalah iklim menimbulkan risiko baru, meskipun mereka lebih lambat bertindak. Sebanyak 59 persen mengukur dampak finansial dari cuaca ekstrem, dibandingkan dengan 72 persen yang melakukan hal yang sama untuk siber.

Biaya tenaga kerja yang meningkat juga menjadi tantangan besar, dengan 57 persen perusahaan mengubah manfaat atau penawaran perawatan kesehatan untuk karyawan. Lebih dari setengah responden (52 persen) telah melatih ulang atau meningkatkan keterampilan pekerja untuk teknologi hijau dan proyek terbarukan.

Data survei juga mengungkapkan perbedaan kesiapan risiko antara organisasi di AS dan Eropa/Inggris. Di AS, 48 persen mengidentifikasi gangguan rantai pasokan sebagai risiko utama, sedangkan di Eropa/Inggris sebanyak 44 persen menganggap perang dan ketidakstabilan politik sebagai risiko utama.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Gelar DXPO by Danamon Hadirkan Beragam Promo
Next Post BCA Digital Luncurkan bluAccount for Teens

Member Login

or