Media Asuransi, GLOBAL – Ketika pasar primer yang mencerminkan kesepakatan baru mulai melambat maka investor beralih ke pasar sekunder yang merupakan tempat jual beli investasi yang sudah ada. Hal itu dilakukan sebagai cara alternatif untuk mencapai tujuan investasi mereka.
|Baca: Insurtech dicovermarket Masuki Pasar Asuransi Indonesia
Pergeseran ini menunjukkan bagaimana perubahan di satu bagian dunia investasi dapat mendorong pertumbuhan di bagian lain. Di kawasan Asia-Pasifik (APAC), peningkatan aktivitas pasar sekunder yang signifikan telah dikaitkan dengan kondisi yang menantang di pasar utama merger dan akuisisi (M&A).
“Pasar sekunder APAC meningkat secara volume karena kondisi M&A yang menantang di pasar kesepakatan primer,” kata CEO BMS Asia Sandra Lee, dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 31 Juli 2024.
Alami penurunan
Meskipun aktivitas M&A global mengalami penurunan ke level terendah dalam satu dekade, dengan nilai transaksi turun menjadi US$3,2 triliun tahun lalu, namun sektor asuransi APAC menunjukkan ketahanan relatif dengan penurunan hanya 13 persen.
Kekuatan lokal ini, yang dipadukan dengan pengaruh global, menjelaskan mengapa pasar sekunder di APAC tumbuh subur. Peningkatan transaksi pasar sekunder di APAC mencerminkan tren global yang lebih luas, di mana perkembangan di pasar utama seperti Amerika Serikat (AS) memengaruhi aktivitas investasi di seluruh kawasan.
Asuransi M&A
Asuransi M&A memainkan peran penting dalam memfasilitasi negosiasi yang lebih lancar, meningkatkan nilai kesepakatan, dan mempercepat waktu penyelesaian dalam transaksi sekunder yang dipimpin oleh General Partners (GP).
Bentuk asuransi ini memberikan beberapa manfaat khusus dan menawarkan perlindungan yang lebih baik melalui asuransi transaksi khusus terhadap berbagai jenis risiko.
“Asuransi M&A adalah alat yang sangat efisien dan efektif untuk mengatasi tantangan yang muncul dalam jenis transaksi ini. Ini menjamin keluar yang bersih, menyediakan perlindungan yang ditingkatkan, dan memfasilitasi negosiasi dengan kepentingan yang selaras dan risiko yang dikurangi,” jelas Managing Director BMS Asia Martijn de Lange.
Meskipun menawarkan banyak keunggulan, namun mengasuransikan transaksi sekunder di kawasan APAC memiliki tantangan tersendiri. Menyaring secara efisien kompleksitas transaksi sekunder yang dipimpin oleh GP bisa sangat sulit bagi GP, Limited Partners (LP), dan penasihat mereka, terutama di Asia, di mana struktur transaksi ini kurang umum.
“Ini termasuk kebutuhan akan escrow dan penahanan selama bertahun-tahun setelah penyelesaian, ketidaksesuaian antara sumber daya kontrak dan kewajiban usai penutupan, serta ketidakmampuan untuk mengidentifikasi risiko secara akurat,” pungkas de Lange.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News