Media Asuransi, GLOBAL – Prudential, perusahaan asuransi yang berfokus di Asia, melaporkan laba bisnis baru sebesar US$2,3 miliar hingga September 2024. Laba ini mengalami kenaikan 11 persen jika dihitung dengan nilai tukar yang konstan, termasuk dampak ekonomi.
“Jika dampak ekonomi dikeluarkan, laba bisnis baru kami akan naik sembilan persen dengan nilai tukar yang konstan,” jelas Prudential, dikutip dari The Business Times, Kamis, 7 November 2024.
|Baca juga: Atasi Tantangan Digitalisasi di Perbankan, SuperApp BYOND by BSI Siap Meluncur!
|Baca juga: Donald Trump Deklarasi Kemenangan dalam Pilpres AS 2024
Pertumbuhan laba ini didorong oleh model distribusi multi-saluran yang diterapkan Prudential, yang menghasilkan kenaikan laba bisnis baru yang luas di berbagai wilayah, termasuk China Raya, ASEAN, dan Afrika.
Penjualan premi tahunan setara (APE) selama sembilan bulan pertama 2024 tercatat sebesar US$4,6 miliar, naik tujuh persen dengan nilai tukar yang konstan. Angka ini mencerminkan aktivitas bisnis baru yang terus berkembang.
Untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 30 September, APE naik 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan di Hong Kong, China daratan, dan Thailand.
CEO Prudential Anil Wadhwani menyatakan momentum bisnis baru terus berlanjut hingga kuartal ketiga tahun ini. “Kami melihat perkembangan yang sangat positif dalam bisnis baru kami,” ujar Wadhwani.
|Baca juga: ROE Reasuransi Global Capai 22% di 2023, Tanda Kebangkitan Industri Dimulai?
|Baca juga: Hasil Pemilu AS dan FOMC Jadi Penentu Arah Pasar Kripto
Prudential juga mengumumkan bahwa mereka berada di jalur yang tepat untuk mencapai proyeksi pertumbuhan laba bisnis baru 2024 sebesar 9-13 persen. Perusahaan ini juga menjalin kemitraan jangka panjang dengan Bank Syariah Indonesia, yang memberikan akses ke sekitar 20 juta pelanggan di Indonesia.
Selain itu, Prudential kini sepenuhnya memiliki operasional asuransi jiwa di Nigeria. Di Hong Kong, laba bisnis baru Prudential tumbuh delapan persen dalam sembilan bulan pertama 2024, didorong oleh margin bisnis baru yang lebih baik setelah adanya tindakan penyesuaian harga.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News