Media Asuransi, GLOBAL – Meskipun terdapat peningkatan yang signifikan dalam ketahanan struktural bangunan sejak gempa bumi besar Kanto, yang terjadi 100 tahun yang lalu di Jepang, analisis yang dilakukan oleh raksasa reasuransi Swiss Re memperingatkan bahwa satu gempa bumi di negara tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang diasuransikan US$130 miliar hingga US$150 miliar.
Dilansir laman Reinsurance News, risiko seismik masih sangat tinggi di Jepang. Meskipun perbaikan struktural dan upaya mitigasi bencana telah dilakukan, beberapa wilayah di negara tersebut, yaitu Tokyo, memiliki konsentrasi penduduk dan kekayaan yang sangat tinggi.
Tokyo adalah kota terpadat di dunia, dengan nilai aset yang tinggi dan pasar asuransi yang matang, itulah sebabnya Swiss Re memperkirakan bahwa gempa di wilayah ini akan mengakibatkan kerugian tertinggi secara global hanya dalam satu peristiwa. Perusahaan reasuransi tersebut menyoroti, pada tahun 2022, Pemerintah Metropolitan Tokyo memperkirakan bahwa gempa berkekuatan 7,3 Mw di bawah kota, yang diperkirakan memiliki probabilitas 70% dalam tiga dekade mendatang, dapat merenggut 6.000 nyawa dan menghancurkan atau merusak parah lebih dari 190.000 properti.
|Baca Juga: MIGA Tingkatkan Dukungan untuk Rumah Sakit di Provinsi Türkiye yang Hancur Akibat Gempa Bumi
Swiss Re mengatakan bahwa perkiraan kerugian ekonomi akibat kerusakan langsung dan tidak langsung adalah sebesar JPY95,3 triliun, atau US$940 miliar dalam nilai saat ini. Angka ini merupakan 3,5 kali lipat total kerugian ekonomi akibat bencana alam secara global dalam satu tahun.
Perusahaan reasuransi tersebut memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan dari klaim perumahan dan non-perumahan akan berjumlah sekitar JPY13,3-JPY15,2 triliun, atau US$130-US$150 miliar saat ini, yang merupakan angka yang sangat besar.
“Di Jepang, risiko penjaminan gempa bumi ditanggung bersama antara pemerintah dan sektor swasta. Meskipun perusahaan asuransi non-jiwa Jepang mempunyai ketahanan modal di bawah peraturan solvabilitas yang ketat, risiko gempa bumi di Tokyo tetap menjadi ancaman besar yang memerlukan penguatan terus-menerus dalam perencanaan skenario terburuk dan pemodelan semua pemicu kerugian,” kata Swiss Re.
Gempa Besar Kanto masih menjadi bencana alam terburuk di Jepang, dengan lebih dari 100.000 nyawa hilang dan kerugian ekonomi hampir sepertiga PDB Jepang pada tahun 1923.
Jepang adalah salah satu negara paling rawan gempa di dunia. Sejak tahun 1950, telah terjadi empat gempa besar berkekuatan Mw 8 atau lebih, dan 148 gempa berukuran sedang berkekuatan 5-7 Mw. Sebagaimana dicatat oleh Swiss Re, Dewan Penanggulangan Bencana Tokyo memperkirakan hingga 6% kemungkinan terulangnya gempa berkekuatan 7,9 Mw yang melanda kota ini dalam 30 tahun ke depan. Mengingat sejarahnya dalam menghadapi gempa, Jepang telah menerapkan peraturan bangunan yang ketat dan terus diperbarui untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa.
|Baca juga: Ini Manfaat Asuransi Gempa Bumi yang Perlu Anda Tahu
Swiss Re menjelaskan bahwa langkah-langkah ini membantu pada tahun 2011 ketika gempa bumi dan tsunami Mw 9 di Tohoku menyebabkan korban jiwa yang relatif rendah meskipun merupakan gempa dengan kekuatan terkuat yang pernah melanda Jepang, dan gempa terkuat keempat di dunia.
Meskipun demikian, walaupun bencana ini terjadi di daerah pedesaan, kerugian ekonomi yang ditimbulkan mencapai lebih dari US$280 miliar (disesuaikan dengan inflasi), yang merupakan kerugian tertinggi dibandingkan bencana alam mana pun secara global sejak tahun 1970.
Swiss Re menambahkan bahwa peristiwa tersebut juga memperlihatkan kerentanan, karena sebagian besar kematian dan sekitar sepertiga kerusakan ekonomi disebabkan oleh tsunami susulan, yang merusak tembok laut, dan bukan gempa itu sendiri. Swss Re memberikan catatan, meskipun tinggi tembok laut telah meningkat, Jepang masih memiliki persentase bangunan yang dibangun sebelum tahun 1981 dalam jumlah besar.
Faktanya, Swiss Re memperkirakan jika gempa bumi besar kembali melanda wilayah Kanto hari ini, maka jumlah korban jiwa dan dampak ekonomi akan sangat besar. Kota ini dihuni oleh sekitar 39 juta orang, lebih dari empat kali lipat dibandingkan tahun 1920, dan menghasilkan 39,3% PDB Jepang pada tahun 2019.
Swiss Re melaporkan bahwa meskipun peraturan bangunan dan peraturan lainnya ketat, gempa bumi di Jepang masih dapat memicu kerugian yang sangat besar. Misalnya, kerugian ekonomi akibat gempa berkekuatan 7,3 Mw di bawah wilayah Metropolitan Tokyo bisa mencapai hampir US$1 triliun jika dibandingkan dengan harga saat ini, dan kami memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan bisa mencapai hampir dua kali lipat kerugian rata-rata tahunan akibat seluruh bencana alam secara global selama 10 tahun terakhir.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News