Media Asuransi, GLOBAL – Pada awal 2024 dunia menyaksikan lonjakan risiko bencana alam, termasuk peningkatan risiko banjir dan kerentanan infrastruktur. Sebanyak dua gempa bumi besar yang mengguncang Jepang dan Taiwan telah mendorong penilaian risiko seismik yang lebih mendalam dan peningkatan kesiapan menghadapi bencana.
|Baca: Pendapatan Guy Carpenter Melonjak 10% di Kuartal II/2024
Paruh kedua 2024 diperkirakan menghadapi musim badai Atlantik Utara yang sangat aktif. Hal ini disebabkan oleh suhu permukaan laut yang mencapai rekor tertinggi dan transisi menuju kondisi La Niña, yang diprediksi memperburuk aktivitas badai.
Dilansir dari laman Asia Insurance, Jumat, 19 Juli 2024, laporan tinjauan bencana alam dua tahunan WTW menguraikan berbagai bencana besar yang terjadi pada awal 2024.
Laporan ini memeriksa penyebab dan tren yang muncul dari bencana tersebut, serta mengeksplorasi risiko banjir yang meningkat, kerentanan infrastruktur, dan dampak dari suhu global yang memecahkan rekor.
Terjadi di area rentan likuifaksi
Arash Nassirpour, Elide Pantoli, dan James Dalziel dari WTW mengatakan di Jepang, sebagian besar kegagalan terjadi di area yang rentan terhadap likuifaksi, sementara di Taiwan runtuhnya bangunan bertingkat lunak merupakan masalah utama.
“Masalah-masalah ini menyoroti perlunya penilaian risiko seismik yang komprehensif, pembaruan struktur yang rentan, serta perbaikan praktik dan kode konstruksi yang ada,” ungkapnya.
Di Amerika Serikat, tornado dan badai melebihi rata-rata, menghasilkan klaim asuransi lebih dari US$30 miliar. Sementara itu, banjir parah melanda Brasil, Afrika Timur, Dubai, Australia, China, AS, dan Jerman.
|Baca juga: Gandeng Metland Cibitung, MVP Group Perluas Jaringan Bioskop
Di Jepang dan Taiwan, gempa bumi signifikan menyebabkan dampak serius. Di Texas, kebakaran hutan terbesar tercatat, sementara Mediterania mengalami kekeringan parah yang mengancam rantai pasokan makanan.
“Pada awal 2024, gempa bumi besar melanda Jepang dan Taiwan. Langkah-langkah ketahanan dan kesiapan yang ditingkatkan berhasil mengurangi korban jiwa dan kerusakan secara signifikan. Meskipun demikian, masih ada beberapa kegagalan pada bangunan dan infrastruktur,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News