1
1

BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI di Kuartal I/2025 Masih Positif di Mata Investor

Ilustrasi. | Foto: Pexel

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal I/2025 masih positif di mata investor. Kondisi itu terjadi meskipun sedikit meleset dari ekspektasi pasar sebesar 4,92 persen.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea menyebutkan capaian ini tetap dipandang positif oleh pelaku pasar, terutama di tengah tekanan ekonomi global.

“Meskipun di bawah konsensus, 4,87 persen masih cukup tinggi bagi investor,” ujar Erwin, dalam Taklimat Media, di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

|Baca juga: Risiko Kredit Macet Pindar Turun Jadi 2,52% di Januari 2025

|Baca juga: GoTo Impact Foundation Dampingi Petani Malang Tingkatkan Produktivitas Kopi hingga 18%

Optimisme pasar, lanjut Erwin, juga ditopang oleh penguatan nilai tukar rupiah dan pemulihan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar rupiah sempat menguat hingga ke level Rp16.420 per US$ dan saat ini bergerak di kisaran Rp16.500 per US$.

Sementara IHSG berhasil pulih dari posisi di bawah 6.000 ke level mendekati 6.900. Untuk menjaga stabilitas pasar, BI memastikan ketersediaan likuiditas di tengah periode repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri pada Mei dan Juni.

“Kami pastikan kecukupan likuiditas untuk memfasilitasi kebutuhan investor dan korporasi,” kata Erwin.

|Baca juga: PHK Kian Marak, BI Wanti-wanti Dampaknya ke Ekonomi dan Daya Beli RI

|Baca juga: BI Bakal Pangkas Outstanding SRBI, Apa Dampaknya untuk Ekonomi RI?

Dari sisi pasar keuangan, Erwin mengungkapkan, minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) mulai meningkat. Ia menyebut kondisi ini sebagai sinyal kepercayaan investor terhadap Indonesia mulai kembali.

Di sisi lain, BI mencermati risiko global yang masih tinggi, termasuk ketidakpastian akibat tarif resiprokal Amerika Serikat, konflik India-Pakistan, dan perlambatan ekonomi global. BI pun merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen, dengan penurunan estimasi untuk AS menjadi dua persen dan China menjadi empat persen.

Perlambatan ekonomi global ini juga menimbulkan spekulasi terkait kebijakan suku bunga bank sentral dunia. Meski beberapa negara seperti Filipina dan China sudah memangkas suku bunga, namun The Fed dinilai masih berhati-hati karena inflasi belum turun sesuai ekspektasi.

|Baca juga: Tingkatkan Literasi Investor, BEI Luncurkan Media Edukasi Waran Terstruktur

|Baca juga: Regulasi dan Standarisasi Jadi Kunci Atasi Karut Marut Sistem Klaim Asuransi Kesehatan

Lebih lanjut, Erwin menekankan, setiap bank sentral akan mempertimbangkan stabilitas dan mandat masing-masing sebelum menurunkan suku bunga.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Ditutup Menguat Jelang Pertemuan AS-China
Next Post Marut Pommalee Ditunjuk Jadi Chief Client Officer Baru Howden di Thailand

Member Login

or