Media Asuransi, JAKARTA – Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebutkan permasalahan mendasar terkait inklusi finansial di Indonesia belum sepenuhnya teratasi.
“Permintaan pembiayaan tetap tumbuh, tapi perbankan akan semakin selektif. Masyarakat akhirnya mencari pembiayaan alternatif seperti multifinance dan peer-to-peer (P2P) lending,” ujar Nailul, kepada Media Asuransi, Kamis, 31 Oktober 2024.
|Baca juga: Melesat 21,6%, BSI (BRIS) Cetak Laba Rp5,11 Triliun di Kuartal III/2024
|Baca juga: APARI Dorong Keterlibatan Pialang Asuransi dalam Pembentukan Kebijakan OJK
Naikul menjelaskan fenomena ini terlihat dari pemerintah dan perbankan yang belum memberikan akses pendanaan bagi masyarakat dalam kategori unbanked dan underbanked.
Dalam hal ini, dirinya mengatakan, adanya kesenjangan kredit atau credit gap yang diisi oleh layanan non bank. Salah satunya adalah pinjaman daring yang menjadi solusi bagi masyarakat yang di luar jangkauan perbankan.
“Berdasarkan data Findex, terjadi pergeseran akses keuangan dari pinjaman keluarga ke pinjaman yang diakses melalui handphone,” tuturnya.
|Baca juga: Pengamat Sebut Pasal 251 KUHD Cegah Orang Lakukan Penipuan di Asuransi
|Baca juga: Asuransi Astra Hadirkan Program Cegah Stunting di Sumba Barat Daya
Selain itu, Nailul mendorong agar pemerintah mulai berkolaborasi dengan pelaku peer-to-peer lending (P2P lending) dan multifinance guna menyediakan pembiayaan alternatif. “Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang mendukung ekosistem industri ini agar lender dan peminjam dapat bertransaksi dengan aman dan efisien,” tegas Nailul.
Statistik literasi dan inklusi keuangan
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia mencapai angka 65,43 persen.
Sementara indeks inklusi keuangan mencapai 75,02 persen. Hal ini tentunya menunjukkan adanya perbedaan 9,59 persen pada pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan dan akses terhadap layanan tersebut.
Kesadaran akan pentingnya peningkatan literasi ini juga menjadi perhatian sektor fintech. Salah satu pemain di industri, Easycash yang terus berkomitmen dalam meningkatkan pemahaman publik terkait manfaat P2P lending.
|Baca juga: Asuransi Jasindo Berikan Dukungan Pendidikan untuk Putra-putri Anggota TNI dan Polri di Jambi
|Baca juga: Allo Bank Diganjar Peringkat idA Prospek Stabil oleh Pefindo
Direktur Utama Easycash Nucky P Djatmiko menegaskan fintech P2P lending memiliki peran penting sebagai solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki akses ke produk keuangan resmi.
“Kehadiran fintech memberikan alternatif pembiayaan bagi masyarakat underserved dan unbanked. Kami ingin mengajak jurnalis dan masyarakat untuk berperan aktif dalam meningkatkan literasi keuangan melalui karya tulis dan video pendek,” jelas Nucky.
|Baca juga: Panitia Hari Asuransi 2024 Sukses Gelar 16 Literasi Keuangan
|Baca juga: Implementasi PSAK 117 Guncang Ekuitas Asuransi, tapi Positif dalam Jangka Panjang!
Nucky menekankan pentingnya edukasi terkait perbedaan antara layanan P2P lending yang berizin dan layanan ilegal. Dengan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan inklusi finansial di Indonesia dapat semakin merata, sekaligus mendorong pemahaman masyarakat agar lebih bijak dalam memanfaatkan layanan keuangan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News