1
1

Penipuan Berbasis AI di Sektor Keuangan Melonjak 1.550%

Chief Operating Officer VIDA, Victor Indajang. | Foto: VIDA

Media Asuransi, JAKARTA – VIDA mengungkapkan lonjakan signifikan sebesar 1.550 persen dalam kasus penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI) di sektor keuangan Indonesia. Peningkatan drastis ini menekankan urgensi bagi industri keuangan untuk segera mengambil langkah proaktif dalam melindungi bisnis dan konsumen dari ancaman yang semakin kompleks.

Chief Operating Officer VIDA, Victor Indajang, dalam acara The 6th Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2024 bertema “Technology Convergence: Shaping the Future of Finance and Beyond” menyatakan bahwa lonjakan kasus penipuan berbasis AI ini menjadi peringatan tegas bagi kita semua. “Jika tidak segera ditangani, kerugian finansial dan reputasi yang ditimbulkan akan semakin besar. Industri keuangan harus beradaptasi dan memperkuat pertahanan mereka terhadap ancaman ini,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 11 Desember 2024.

|Baca juga: Penipuan Online Kian Mengkhawatirkan, Berikut 6 Cara Mencegahnya!

Penipuan berbasis AI mencakup berbagai metode canggih. Pertama, deepfake dan penipuan berbasis AI. Penjahat siber semakin sering menggunakan teknologi deepfake untuk menciptakan video, audio, dan gambar palsu yang realistis. “Penyalahgunaan teknologi ini meningkat 700 persen secara global, memungkinkan pelaku menyamar sebagai individu lain atau memanipulasi sistem verifikasi, sehingga menimbulkan risiko keamanan yang signifikan,” kata Victor.

Kedua, pengambilalihan akun (account takeovers/ATOs). Sebanyak 97 persen bisnis di Indonesia melaporkan menghadapi upaya pengambilalihan akun, seringkali akibat kredensial yang dicuri melalui phishing dan pelanggaran data. Dari kasus tersebut, 76 persern mengakibatkan transaksi tidak sah atau pelanggaran data yang merusak stabilitas finansial dan reputasi perusahaan.

|Baca juga: VIDA Luncurkan Identity Stack, Penangkal Penipuan Identitas Berbasis Deepfake dan AI

Ketiga, penipuan identitas sintetis. Pelaku kejahatan menggunakan teknologi deepfake atau data yang dimanipulasi untuk menciptakan identitas sintetis. Sebanyak 56 persen bisnis di Indonesia mengalami jenis penipuan ini. “Lembaga keuangan harus memperkuat verifikasi biometrik dan mengadopsi deteksi penipuan berbasis AI untuk menangkal risiko ini,” tegas Victor.

Dia tambahkan, untuk menghadapi ancaman ini, VIDA memperkenalkan VIDA Identity Stack (VIS). Ini merupakan sebuah solusi komprehensif yang menggabungkan verifikasi identitas, otentikasi pengguna, dan deteksi penipuan berbasis AI.

VIS dirancang untuk mencegah penipuan identitas, memberikan perlindungan menyeluruh bagi bisnis dan konsumen. “Dengan VIS, kami menawarkan solusi yang tidak hanya mendeteksi, tetapi juga mencegah penipuan sebelum terjadi. Ini adalah langkah krusial dalam memastikan integritas dan keamanan transaksi digital di Indonesia,” tambah Victor.

VIDA menyarankan seluruh pelaku industri keuangan untuk segera mengadopsi teknologi canggih dalam upaya melindungi diri dari ancaman penipuan berbasis AI. Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan regulator diperlukan untuk membangun ekosistem keuangan yang aman dan tepercaya bagi semua pihak.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perubahan Iklim Jadi Pemicu Kerugian yang Diasuransikan Tembus US$600 Miliar
Next Post Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Jepang Naik 2 Kali Lipat hingga September

Member Login

or