Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam koordinator dan sinergitas yang sangat erat dengan pemerintah pusat dan daerah, serta dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Mencermati dinamika ekonomi global dan domestik yang saat ini tengah terjadi, bauran kebijakan BI terdiri dari kebijakan moneter. Namun kebijakan tersebut tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas dan pro stability, terutama untuk mengendalikan inflasi dan stabilitas Rupiah.
“Sementara itu kebijakan BI lainnya diarahkan untuk mendorng pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makro prudantial yang longgar untuk mendorong penyaluran kredit perbankan ke dunia usaha,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers KSSK II di Jakarta, Senin, 8 Mei 2023.
Sejalan dengan bauran kebijakan moneter, Perry Warjiyo juga menyampaikan, bahwa BI saat ini belum ada rencana untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) secara berlebihan di tahun ini.
|Baca juga: Bank Indonesia Diperkirakan Bakal Lakukan Pelonggaran Moneter
Menurut Perry, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen dianggap sudah memadai.
“BI7DRR saat ini mampu membawa inflasi inti tetap berada di 3 plus minus 1 persen pada semester I 2023, dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada semester II 2023,” jelasnya.
Sebagai catatan, BI menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 225 bps secara akumulatif sejak Agustus 2022 hingga menjadi 5,75 persen.
“Suku bunga ke depan bagaimana? Statement kami tetap sama bahwa 5,75 persen itu telah memadai sejak Januari 2023, sehingga dengan memadai itu belum ada rencana menaikkan kembali. Cerminan memadai dari Januari, Maret, April tidak menaikkan suku bunga 5,75 persen, cukuplah untuk itu,” kata Perry.
Lebih lanjut, meskipun Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan Fed Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,00 – 5,25 persen. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus-menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.
“Pertanyaannya tentu saja bahwa Fed fund rate seusai prediksi BI kemarin kenaikan terakhir 5,25 akan melihat kembali dampak pengetatan yang dilakukan pada penurunan inflasi di sana. Itu sesuai dengan prediksi BI,” ujar Perry.
Menurut Perry, walaupun The Fed menaikkan suku bunganya, akan tetapi BI tidak akan menaikkan suku bunga dalam negeri.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News