1
1

Likuiditas Perbankan Memadai, Intermediasi Membaik

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam jumpa pers secara daring. | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai likuiditas perbankan dan perekonomian masih memadai untuk mendorong peningkatan kredit/pembiayan dan pemulihan ekonomi lebih lanjut. Intermediasi perbankan terus membaik didorong peningkatan dari sisi permintaan dan penawaran.

Data BI menunjukkan bahwa pada November 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap tinggi, mencapai 30,42 persen, sehingga mendukung ketersediaan dana bagi perbankan untuk penyaluran kredit/pembiayaan bagi dunia usaha. “Hal ini sejalan dengan stance kebijakan likuiditas yang akomodatif oleh Bank Indonesia,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam jumpa pers secara daring, Kamis, 22 Desember 2022.

Likuiditas perekonomian juga tetap sejalan dengan kegiatan ekonomi, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 11,7 persen year on year (yoy) dan 9,5 persen yoy.

|Baca juga: Jelang Pergantian Tahun, Sektor Jasa Keuangan Perlu Rumuskan Top Risk

Sementara itu, sejalan pelaksanaan Kesepakatan Bersama (KB) Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional serta pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan guna penanganan dampak pandemi Covid-19. Secara keseluruhan tahun 2022, hingga 21 Desember 2022, Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN sebesar Rp144,53 triliun yang terdiri dari pelaksaan KB I sebesar Rp49,11 triliun dan KB III sebesar Rp95,42 triliun.

Sesuai KB III, Bank Indonesia juga masih akan melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp128,58 triliun untuk pendanaan anggaran kesehatan dan kemanusiaan dalam APBN 2022.

Bank Indonesia juga menilai bahwa suku bunga perbankan juga masih kondusif mendukung pemulihan ekonomi.  Di pasar uang, suku bunga IndONIA pada 21 Desember 2022 naik 200 basis points (bps) dibandingkan akhir Juli 2022 menjadi sebesar 4,80 persen, sejalan dengan kenaikan BI-7DRR dan penguatan strategi operasi moneter Bank Indonesia. Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 59 bps, sementara imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.

Sementara itu, kenaikan suku bunga perbankan, baik suku bunga dana maupun suku bunga kredit, lebih terbatas. Suku bunga deposito 1 bulan pada November 2022 tercatat 3,72 persen atau meningkat 83 bps dibandingkan dengan level Juli 2022, sedangkan suku bunga kredit November 2022 tercatat 9,11 persen atau meningkat 17 bps dibandingkan dengan level Juli 2022.

“Kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas tersebut dipengaruhi likuiditas yang masih longgar. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonomi,” jelas Perry Warjiyo.

|Baca juga: BI Catat Penyaluran Kredit Baru Naik 58,6 persen di November 2022

Gubernur BI menambahkan bahwa intermediasi perbankan terus membaik, didorong peningkatan dari sisi permintaan dan penawaran. Pertumbuhan kredit pada November 2022 tercatat sebesar 11,16 persen yoy, ditopang oleh pertumbuhan positif di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi. Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 23,5 persen yoy. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM pada November 2022 tercatat cukup tinggi sebesar 18,13 persen yoy.

Di sisi penawaran, perbaikan intermediasi perbankan didukung likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembayaan yang tetap longgar. Sementara dari sisi permintaan, kenaikan kredit/pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. Secara keseluruhan, perkembangan intermediasi perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi.

Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga baik dari sisi permodalan maupun likuiditas. Permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Oktober 2022 tetap tinggi sebesar 25,08 persen. Seiring dengan kuatnya permodalan, risiko tetap terkendali yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada Oktober 2022 yang tercatat 2,72 persen (bruto) dan 0,78 persen (neto). Likuiditas perbankan pada November 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,80 persen yoy.

Hasil simulasi Bank Indonesia menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga. “Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” kata Perry Warjiyo.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 23 Desember 2022
Next Post Mastercard Economics Institute: Ekonomi Global Masuki Era ‘Multi-Kecepatan’

Member Login

or