Media Asuransi, JAKARTA – Laju pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan tetap kuat pada kuartal I/2023 didukung oleh konsumsi domestik yang lebih tinggi dan mobilitas masyarakat yang terus meningkat.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – Indonesia economic update: Solid fiscal and external balance, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menerangkan bahwa surplus APBN pada 2 bulan pertama 2023 melebar menjadi Rp131,8 triliun, atau setara dengan 0,6% terhadap PDB (vs. Rp19,7 trilium, atau setara dengan 0,1% terhadap PDB di 2M22).
Menurut Rully, surplus fiskal tersebut didorong oleh tingginya penerimaan pemerintah sebesar Rp419,6 triliun, sedangkan realisasi belanja pemerintah mencapai Rp287,8 trilium.
“Kami menilai realisasi neraca fiskal Indonesia tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu di tengah risiko perlambatan ekonomi global,” katanya.
|Baca juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan akan Jaga Ketahanan Ekonomi Indonesia
Rully melanjutkan penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp280,0 triliun (16,3% dari target FY23), tumbuh 40,4% yoy dibandingkan dengan 2M22 di Rp199,5 triliun.
Sementara itu, PNBP meningkat signifikan sebesar 86,6% yoy menjadi Rp86,4 trilium. “Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan tetap kuat di 1Q23, didukung oleh konsumsi domestik yang lebih tinggi dan mobilitas masyarakat yang terus meningkat, serta neraca perdagangan yang tinggi dan berkelanjutan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Rully mengatakan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus cukup tinggi, mencapai US$5,5 miliar (vs konsensus US$3,3 miliar), tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Pertumbuhan ekspor melambat pada bulan Februari menjadi 4,5% yoy pada US$21,4 miliar.
“Sementara itu, di luar ekspektasi, impor di bulan Februari turun 4,3% yoy menjadi US$15,9 miliar. Kami memperkirakan pertumbuhan ekspor berpotensi melambat karena kemungkinan terjadinya resesi global,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News