Media Asuransi, JAKARTA – Sektor manufaktur ASEAN mengakhiri tahun ini dengan catatan lesu. Terutama, indeks headline turun ke wilayah kontraksi selama tiga dari empat bulan pada bulan Desember.
Penyebab utama penurunan kondisi pengoperasian adalah penurunan cepat pada permintaan baru. Arus masuk pekerjaan baru turun selama empat bulan berjalan pada bulan Desember, yang kemudian membebani pertumbuhan produksi. Akan tetapi, titik terang di sektor ini adalah pulihnya aktivitas perekrutan. Jumlah tenaga kerja naik untuk pertama kali dalam empat bulan, meski hanya pada kisaran kecil.
Headline Purchasing Managers’ Index (PMI®) Manufaktur ASEAN dari S&P Global turun dari 50,0 pada bulan November ke titik 49,7 pada bulan Desember, menunjukkan penurunan pada kesehatan sektor ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir. Namun demikian, tingkat penurunan hanya pada pada kisaran marginal.
|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2023 terus Meningkat
Data pendukung menunjukkan bahwa empat dari tujuh negara ASEAN peserta survei mencatat kondisi manufaktur yang lebih lemah. Myanmar menempati posisi terbawah peringkat pada bulan Desember, dan mencatat penurunan paling tajam dengan jarak yang besar. Masing-masing indeks headline turun ke posisi terendah di titik 42,9 dalam satu tahun pada bulan Desember. Kondisi sektor manufaktur Thailand juga memburuk, dengan penurunan tercatat setiap bulannya dalam lima bulan terakhir.
Di titik 45,1, indeks headline menunjukkan penurunan tajam yang merupakan yang paling cepat dalam tiga setengah tahun. Malaysia juga melaporkan penurunan kondisi kesehatan sektor produksi barang pada bulan Desember. Masing-masing data PMI di titik 47,9 yang tidak berubah sejak bulan November memperpanjang periode penurunan saat ini menjadi 16 bulan.
Sementara itu, di Vietnam, penurunan berkurang, dengan OMI naik ke titik 48,9 pada bulan Desember. Dari beberapa negara yang mencatat perbaikan kondisi perbaikan, Filipina mengalami perlambatan pertumbuhan.
Masing-masing PMI turun ke posisi terendah dalam tiga bulan yaitu 51,5 dan mengarah pada tingkat perbaikan secara keseluruhan. Dua negara lainnya, Singapura (52,0) dan Indonesia (52,2), melihat persamaan tingkat ekspansi di seluruh sektor manufaktur. Terlebih lagi, tingkat pertumbuhan merupakan yang paling kuat dalam enam bulan dan tiga bulan.
Yang membebani headline PMI Manufaktur ASEAN adalah penurunan lebih lanjut pada permintaan klien secara keseluruhan pada bulan Desember. Bisnis baru di seluruh wilayah telah menurun pada setiap bulannya dalam empat bulan terakhir. Meski sedang, laju kontraksi merupakan yang paling cepat sejalan dengan Agustus 2021. Kondisi permintaan lemah di seluruh pasar luar negeri, dengan bisnis ekspor baru kembali turun pada bulan Desember.
|Baca juga: Indonesia Kini Masuk 10 Besar Negara Penyumbang Produk Manufaktur Dunia
Akibatnya, pertumbuhan output perusahaan melemah, dengan kenaikan terkini merupakan yang paling lambat dalam periode 27 bulan ekspansi saat ini. Meski ada penurunan permintaan, perusahaan menaikkan aktivitas pembelian mereka selama dua bulan berjalan, meski hanya pada kisaran kecil. Kenaikan pembelian berarti stok input praproduksi secara umum tidak berubah pada bulan Desember, sehingga mengakhiri periode penurunan tiga bulan.
Pada saat yang sama, ketenagakerjaan manufaktur kembali bertumbuh, dengan perusahaan menaikkan jumlah staf untuk pertama kali dalam empat bulan. Sementara tingkat penciptaan lapangan kerja hanya naik sedikit secara keseluruhan, merupakan yang paling menonjol dalam 14 bulan. Juga ada tanda-tanda keluangan kapasitas di seluruh sektor, karena penumpukan pekerjaan turun selama enam bulan berturut-turut.
Namun demikian, tingkat kontraksi secara keseluruhan tergolong marginal dan merupakan yang paling lemah pada periode yang disebutkan sebelumnya. Dari segi harga, baik biaya input maupun biaya output naik pada bulan Desember. Akan tetapi, sementara tingkat inflasi harga input mengalami percepatan ke posisi tertinggi dalam delapan bulan, biaya naik pada tingkat sedang yang mana tidak berubah sejak bulan November. Akan tetapi, di kedua kasus, tingkat inflasi masih tergolong lesu secara historis.
|Baca juga: Inflasi Desember 2023 Sebesar 2,61%
Melihat ke depan, kepercayaan diri bisnis tentang perkiraan output 12 bulan melemah di antara perusahaan manufaktur ASEAN pada bulan Desember. Terlebih lagi, masing-masing indeks tercatat di bawah rata-rata selama empat belas bulan berturut-turut.
Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan sektor manufaktur ASEAN melemah dalam beberapa bulan terakhir, dengan headline PMI turun ke wilayah kontraksi pada bulan Desember. Pendorong utama penurunan adalah kemerosotan permintaan baru, menunjukkan kondisi permintaan yang secara keseluruhan menurun.
“Tingkat kontraksi pekerjaan baru tergolong sedang namun merupakan yang paling menonjol dalam kurun waktu hampir dua setengah tahun.”
Penurunan yang terus berlanjut di bisnis baru membuat pertumbuhan output melambat, dengan produksi naik hanya pada kisaran kecil dan merupakan yang paling lemah dalam 27 bulan. Akan tetapi, berita baiknya, perusahaan berupaya menaikkan jumlah staf dan aktivitas pembelian mereka, meski masing-masing hanya pada kisaran kecil.
“Sementara penurunan terkini di seluruh sektor manufaktur ASEAN tergolong kecil secara keseluruhan, tanda-tanda melemahnya permintaan dapat menjadi awal baru pada produksi menuju 2024. Perusahaan manufaktur di seluruh wilayah berharap akan ekspansi permintaan baru guna membantu mendukung pertumbuhan pada tahun mendatang.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News