1
1

Hindari ‘Bocor Alus’ dalam Pengelolaan Keuangan dengan Mengendalikan Latte Factor

Ilustrasi. | Foto: Pexels

Media Asuransi, JAKARTA – Memiliki pendapatan yang besar, memang bisa memberi keleluasaan bagi seseorang untuk mengatur sesuai kebutuhan dan tujuan keuangan. Namun, tidak sedikit orang yang memiliki pendapatan cukup tetapi masih belum juga bisa menabung.

Bila ditelisik lagi, seringkali yang terjadi adalah kesulitan mengatur prioritas pengeluaran dan banyaknya ‘bocor alus’ dalam pengelolaan pengeluaran rutin. Dengan kata lain, masih banyak kalangan yang belum tahu cara mengelola keuangan yang tepat.

Dalam pengelolaan keuangan, hal ini dikenal dengan istilah latte factor. Dikutip dari laman Manulife Indonesia, Minggu, 13 Oktober 2024, latte factor merupakan istilah yang pertama kali dikenalkan oleh seorang motivator finansial Amerika Serikat, David Bach. Istilah itu dia gunakan karena merujuk pada kebiasaan orang di negeri Paman Sam itu yang nyaris selalu beli kopi dalam perjalanan menuju kantor.

|Baca juga: Baru Menikah? Intip 4 Tips Mudah Kelola Keuangan untuk Pasangan Modern!

Latte Factor dan Kebiasaan Boros

Latte factor mungkin sudah disadari jebakannya, akan tetapi masih diremehkan karena dinilai tidak signifikan memakan anggaran. Tetapi, bila diakumulasikan, angkanya ternyata cukup besar dan sebenarnya bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih produktif seperti menabung, investasi, dan perlindungan masa depan.

Ambil contoh pengeluaran beli kopi kekinian. Pengeluarannya mungkin memang tidak besar, anggaplah Rp20 ribu di Indonesia. Namun, karena dilakukan rutin setiap hari, lama-kelamaan nilainya ternyata cukup besar. Coba Anda kalikan Rp20 ribu selama hari kerja dalam sebulan, maka didapatkan angka Rp400 ribu. Bila Rp400 ribu uang jajan kopoi itu Anda alihkan sebagai dana investasi di instrumen berimbal hasil enam persen per tahun, dalam setahun Anda dapat memiliki aset investasi sekitar Rp5 juta.

Bukan hanya kopi, beberapa pengeluaran yang terindikasi sebagai latte factor, seperti air mineral dalam kemasan, rokok, biaya transfer antarbank, langganan streaming film, jajan kudapan ringan, dan lain sebagainya.

 

Kelola Keuangan dan Perhatikan Jebakan Latte Factor

Bila Anda saat ini tengah mencoba cara mengelola keuangan dan mengatur lagi bujet supaya dapat menabung dan menutup pengeluaran yang lebih prioritas, memperhatikan jebakan latte factor dapat menjadi langkah awal yang mudah. Berikut ini tips mudah yang dikutip dari laman Manulife Indonesia, dapat coba Anda terapkan:

 

  1. Mencatat setiap pengeluaran

Cara mengelola keuangan yang pertama adalah dengan memerhatikan apa saja pengeluaran-pengeluaran kecil yang rutin Anda lakukan setiap hari. Misalnya dalam perjalanan ke kantor, mungkin Anda sering membeli air minum, tisue, dan kudapan ringan.

|Baca juga: 2 Tantangan Ini Jadi Penghambat Tujuan ESG di Sektor Keuangan, Apa Saja?

Mungkin segelas kopi di kedai kopi wajib ada di meja kerja, daftarnya bisa terus memanjang. Setelah mendaftarnya, Anda dapat coba hitung perkiraan pengeluaran dalam sebulan untuk belanja barang-barang tersebut.

  1. Mulai atur anggaran

Cara mengelola keuangan secara cermat bukan berarti bersikap pelit atau serba anti jajan. Dalam pengelolaan keuangan, yang lebih penting adalah memiliki prioritas dan menentukan batas bujet supaya perencanaan finansial bisa berjalan sesuai target.

Misalnya, dengan pendapatan rutin saat ini Rp10 juta, alokasi untuk jajan dan pengeluaran latte factor Anda batasi maksimal sebesar lima persen gaji atau Rp500 ribu per bulan. Dengan cara mengelola keuangan berdasarkan batas bujet, Anda dapat memikirkan strategi yang tepat supaya bisa dijalankan secara realistis.

  1. Siapkan alternatif substitusi

Anda sudah tahu apa saja pengeluaran kecil yang berpotensi membuat keuangan ‘bocor alus’. Selain itu, alokasi bujet bulanan untuk menutup pengeluaran yang kecil dan ringan itu juga sudah ada. Nah, bagaimana supaya pengeluaran tersebut bisa tetap sesuai bujet yang disediakan?

Anda dapat mencari substitusi yang lebih ekonomis atau dengan jurus khusus. Misalnya, mengganti pengeluaran air minum dalam kemasan dengan membawa air minum sendiri. Menurunkan bujet jajan kopi kekinian dengan mengurangi frekuensi pembelian, memanfaatkan promo atau beralih ke kopi dengan harga lebih murah.

|Baca juga: 5 Alasan Utama Perencanaan Keuangan Wajib Diterapkan untuk Keluarga

Sedangkan untuk menghemat biaya transfer antarbank, Anda dapat memakai jasa bank yang memberikan promo jangka panjang gratis biaya transfer atau memakai aplikasi bebas biaya transfer. Untuk menghemat pengeluaran layanan streaming film, batasi langganan maksimal dua layanan saja.

Berhemat biaya selama ngantor juga bisa ditempuh dengan membiasakan membawa bekal makan sendiri. Cara mengelola keuangan yang satu ini akan terasa sulit pada awalnya, tapi lama kelamaan Anda pun akan lebih terbiasa.

  1. Alihkan hasil penghematan

Upaya mengatur pengeluaran, membatasi bujet dan menghemat belanja, akan terasa berat bila dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Anda harus memiliki target yang jelas untuk apa semua langkah itu perlu dilakukan.

Misalnya, Anda harus menghindari jebakan latte factor tersebut untuk mengalihkan hasil penghematan menjadi tambahan dana investasi rutin. Atau, Anda menghemat supaya dananya bisa digunakan untuk memiliki asuransi kesehatan yang dapat melindungi dari risiko kehidupan di masa datang.

Sebagai gambaran, cara mengelola keuangan sebelum pengaturan bujet, untuk pengeluaran remeh-temeh Anda dapat menghabiskan hingga Rp1 juta per bulan. Setelah mengatur ulang dengan mencari substitusi belanja dan mengurangi frekuensi pengeluaran, Anda bisa menghemat Rp400 ribu per bulan.

Alihkan hasil penghematan itu  juga untuk tujuan keuangan jangka yang panjang, misalnya Anda ingin memulai kebutuhan dana pensiun. Bila konsisten dilakukan, Anda dapat mengumpulkan dana yang cukup untuk menikmati masa pensiun sejahtera ketika sudah tidak bekerja lagi.

Nah, MiFuture Income Protector dari Manulife dapat menjadi pilihan Anda dalam mempersiapkan dana pensiun. Karena dengan produk asuransi jiwa dwiguna ini, Anda akan terlindungi secara  finansial untuk menghadapi hari tua. Dengan hanya membayar premi selama lima tahun, Anda akan menerima manfaat pembayaran tunai selama 20 tahun sejak menginjak usia pensiun dan manfaat meninggal dunia akibat kecelakaan dan sebab alami.

Jika memiliki tujuan yang jelas dan cara mengelola keuangan yang tepat, Anda dapat konsisten mengatur keuangan secara disiplin, menghindari jebakan latte factor dan kondisi keuangan yang lebih sehat, lebih mungkin diwujudkan.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mengenal Exchange Traded Fund dan Bedanya dengan Reksa Dana
Next Post Permintaan Data Center Mendorong Inovasi Solusi Pendingin

Member Login

or