1
1

Di Balik Rendahnya Angka Inklusi Asuransi

Pelaku UMKM di Tegal mengikuti kegiatan literasi dan inklusi keuangan bersama OJK, di Tegal, Jawa Tengah, Senin, 29 Januari 2024. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Bulan Oktober telah dinobatkan sebagai Bulan Inklusi Keuangan (BIK). Di industri asuransi, bulan Oktober juga menjadi bulan spesial karena berlangsungnya perayaan Hari Asuransi. Seluruh stakeholder industri keuangan menggelar berbagai kegiatan seperti kampanye dan sosialisasi terkait literasi keuangan serta berbagai penjualan produk atau jasa keuangan berinsentif seperti diskon, bonus, reward, cashback, dan promo khusus di bulan Oktober. Tujuannya tak lain tak bukan adalah untuk memperdalam inklusi keuangan.

Di industri asuransi, dalam rangka perayaan Hari Asuransi, asosiasi perasuransian yang dimotori oleh Dewan Asuransi Indonesia (DAI) pun menggelar kegiatan-kegiatan edukasi dan literasi asuransi. Tujuannya sama yaitu meningkatkan literasi dan inklusi asuransi yang hingga saat ini masih rendah.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen atau meningkat dari 49,68 persen pada 2022, sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen atau turun dari posisi 85,10 persen pada 2022. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa hasil SNLIK 2024 ini tidak bisa dibandingkan dengan hasil SNLIK tahun-tahun sebelumnya karena adanya perbedaan metodologi sampling.

Sedangkan indeks literasi asuransi pada 2024 meningkat pesat menjadi 76,25 persen dari posisi 2022 sebesar 31,72 persen. Sementara itu, indeks inklusi asuransi pada 2024 tercatat 12,21 persen atau turun dari 2022 di level 16,63 persen. Harapannya tren peningkatan indeks literasi tersebut berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Meski meningkat, masih terdapat gap yang cukup lebar antara indeks literasi dan indeks inklusi asuransi yang menandakan pemahaman terhadap produk asuransi belum diikuti dengan keinginan untuk membeli produk asuransi.

Lebarnya gap tersebut menyebabkan industri asuransi nasional sulit untuk tumbuh pesat seperti yang terjadi di negara-negara lain. Tingkat penetrasi asuransi Indonesia masih di bawah sebagian negara di kawasan ASEAN. Padahal, Indonesia memiliki potensi besar yang bisa digarap oleh industri asuransi.

Untuk mengetahui secara mendalam tentang bagaimana permasalahan seputar rendahnya tingkat literasi dan inkluasi asuransi, kami dalam Rapat Redaksi di Media Asuransi memutuskan untuk mengangkatnya menjadi Cover Story atau Laporan Utama edisi Oktober 2024 bertajuk “Di Balik Rendahnya Inklusi Asuransi di Indonesia”.

Cover Story ini terdiri dari empat tulisan yang merupakan satu kesatuan. Pertama, Menakar Peran Hari Asuransi dan BIK dalam Mendongkrak Indeks Literasi dan Inklusi. Kedua, Membedah Persoalan di Balik Rendahnya Penetrasi Asuransi. Ketiga, Hasil Survei Persepsi Kemudahan Bisnis dan Literasi terhadap Eksekutif Perasuransian. Keempat, Hasil Survei Literasi Asuransi di Kalangan Milenial dan Generasi Z. Dan Kelima, pendapat dari Eksekutif Perasuransian tentang Perkembangan Literasi dan Inklusi Asuransi.

Mudah-mudahan laporan utama yang kami sajikan pada edisi Oktober 2024 ini dapat memberikan informasi dan gambaran yang mendalam terkait tantangan dan hambatan dalam upaya memperdalam inklusi dan penetrasi asuransi di Indonesia.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Allianz Indonesia Beri Literasi Keuangan untuk Pelaku UMKM dan Pelajar di Bandung
Next Post Berbisnis Asuransi Itu Tidak Mudah

Member Login

or