1
1

Wall Street Ambruk, Dolar AS Perkasa

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Bursa saham Wall Street melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Pelemahan terjadi setelah Federal Reserve mengisyaratkan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk memangkas suku bunga sehingga mengecewakan investor yang mengharapkan perubahan kebijakan yang cepat.

Mengutip The Business Times, Kamis, 1 Februari 2024, indeks-indeks utama mengakhiri penurunan signifikan, dengan S&P 500 turun 1,6 persen menjadi 4.845,65. Dow Jones Industrial Average turun 0,8 persen menjadi 38.150,30. Sedangkan indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi anjlok 2,2 persen menjadi 15.164,01.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral AS tidak mungkin menurunkan suku bunga pada Maret. Dia menunjuk pada kemajuan dalam upaya menurunkan inflasi ke target dua persen, dan mengatakan diperlukan lebih banyak perbaikan.

“Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini,” kata Powell kepada wartawan pada konferensi pers setelah keputusan suku bunga.

Dia menambahkan hampir semua orang di komite penetapan suku bunga The Fed mendukung pemotongan suku bunga pada 2024. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan segera setelah pertemuan berikutnya di Maret.

Dolar AS menguat

Di sisi lain, dolar AS menguat pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menuju kenaikan bulanan terbesar sejak September. Sementara itu, yen menghadapi penurunan bulanan tertajam dalam hampir satu tahun.

Indeks dolar AS telah menguat 2,1 persen terhadap sejumlah mata uang utama bulan ini karena pasar menurunkan ekspektasi terhadap kecepatan dan skala penurunan suku bunga AS. Kondisi itu mengingat data ekonomi yang kuat dan kehati-hatian dari para gubernur bank sentral.

Adapun indeks dolar AS naik 0,1 persen menjadi 103,52, tepat di bawah 103,82 pada Senin waktu setempat (Selasa WIB) yang menyamai level tertinggi tujuh minggu pada minggu lalu. Sedangkan perlambatan inflasi Australia mendorong dolar Aussie turun sebanyak 0,5 persen menjadi US$0,6560.

Kemudian, yen melemah 4,5 persen terhadap dolar AS bulan ini dan menuju penurunan bulanan terbesar sejak Februari tahun lalu. Kondisi itu karena data upah yang lemah dan menurunnya inflasi memberikan ruang bagi Bank of Japan untuk mengambil waktu menaikkan suku bunga.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Terus Ekspansif, Fitch Tegaskan Peringkat Alfamart AA dengan Outlook Stabil
Next Post Di Awal Tahun 2024, Sektor Manufaktur Indonesia Langsung Gaspol

Member Login

or