Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah merevisi outlook pada Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Issuer Default Ratings (IDR) PT Indosat Tbk ke Positif dari Stabil, dan mengafirmasi IDR dan obligasi senior tanpa jaminan pada ‘BBB-‘.
Fitch Ratings Indonesia telah secara bersamaan mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang dan peringkat atas semua obligasi senior tanpa jaminan berdenominasi rupiah dan sukuk di ‘AA+(idn)’. Outlook pada Peringkat Nasional Jangka Panjang adalah Stabil.
“Outlook Positif pada IDR merefleksikan pendapat Fitch bahwa EBITDA net leverage Indosat akan kemungkinan akan tetap di bawah 1,3x, dibawah batas dimana kami akan mempertimbangkan tindakan pemeringkatan positif,” tulis Fitch dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu, 11 Februari 2024.
Headroom peringkat telah membaik dan Fitch memperkirakan peringkat perusahaan dapat menahan dampak dari biaya spektrum 5G dan belanja modal yang lebih tinggi terkait dengan 5G.
|Baca juga: Kantongi Kas Rp6,8 Triliun, Peringkat Indosat (ISAT) Ditegaskan idAAA
Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.
Fitch memperkirakan EBITDA net leverage akan tetap di sekitar 1,1x pada 2024-2025 (perkiraan 2023: 0,6x), dikarenakan biaya untuk mendapatkan spektrum 5G akan diringakan oleh perkiraan pertumbuhan EBITDA yang kuat ke Rp15 triliun pada 2025 dari estimasi Rp14 triliun pada 2023 (2022: Rp12 triliun).
EBITDA net leverage Indosat membaik ke 0,6x pada akhir-3Q23 dikarenakan utang bersih yang lebih rendah dan EBITDA margin yang lebih tinggi di 29% pada 9M23 (2022: 25%), memberikan perusahaan headroom peringkat yang besar.
Fitch memperkirakan margin EBITDA sesuai definisi Fitch akan tetap di kisaran 27%-28% selama 2024-2026, dengan asumsi pemerintah tidak memberikan insentif untuk biaya spektrum. Margin yang membaik akan didorong oleh pertumbuhan pendapatan sebesar mid-to-high single-digit, kontribusi dari fixed-broadband service yang memiliki margin lebih besar, dan penghematan biaya pada pemeliharaan, marketing, dan personil.
Margin EBITDA mungkin akan menurun ke 27% pada 2024-2025 disebabkan oleh kemungkinan membayar biaya tambahan untuk frekuensi radio pada spektrum 5G, yang kami perkirakan akan terjadi di 2024.
Fitch memperkirakan Indosat akan meningkatkan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) ke Rp40.000 pada 2025 dari Rp35.000 di 3Q23, yang mana lebih rendah sebesar 27% dan 16% dari ARPU PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT XL Axiata Tbk (BBB/AAA(idn)/Negatif), secara berurutan. Kompetisi di sektor selular tetap rasional karena tiga perusahaan telekomunikasi terbesar fokus kepada meningkatkan profitabilitas dalam mengantisipasi lelang spektrum 5G yang akan datang.
|Baca juga: Indosat Diganjar Peringkat idAAA oleh Pefindo
Kualitas jaringan Indosat yang membaik akan mendukung kenaikan harga setelah menambah lebih dari 35.000 base transceiver stations (BTS) 4G selama 9M23. Total BTS di jaringan Indosat mencapai lebih dari 221.000, nomor dua setelah Telkomsel sebanyak 233.000 namun lebih tinggi dari XL sebanyak 158.000
Dari ekspansi Fixed-Broadband, Fitch memperkirakan setidaknya Indosat akan mengantongi pendapatan sebesar Rp1,1 triliun dan kontribusi EBITDA sebesar Rp450 miliar dari fiber-to-the-home (FTTH) yang diperoleh dan pelanggan internet-protocol-television (IPTV) dari PT MNC Kabel Mediacom. Cross-selling jasa FTTH kepada 99 juta pelanggan selular Indosat akan mendorong pertumbuhan pelanggan FTTH.
Penetrasi atas jaringan fiber mitra Indosat dengan home passes sebanyak 1,5 juta hanya 22%, lebih rendah dari estimasi kami atas penetrasi jaringan IndiHome dan dapat dibandingkan dengan penetrasi jaringan PT Link Net Tbk, yang memiliki home passes sebanyak 3 juta. Kami memperkirakan kompetisi akan meningkat di sektor fixed-broadband dan kami berasumsi ARPU dari pelanggan FTTH yang diperoleh akan menurun ke Rp280.000-Rp290.000 dengan tambahan pelanggan sebanyak 10.000 per tahun.
IDR Indosat merefleksikan posisinya sebagai operator selular kedua terbesar, dengan pangsa pasar pendapatan 25% di 9M23, lebih tinggi dari XL sebesar 17%. Pangsa pendapatan ini masih di bawah estimasi pangsa pelanggannya sebesar 29% pada akhir 3Q23 dikarenakan ARPU yang lebih rendah dari Telkomsel dan XL.
“Kami memperkirakan Indosat akan menjaga pangsa pasar pendapatan selularnya, didukung oleh kenaikan harga, ekspansi jaringan dan kualitas jaringan yang lebih baik. Indosat adalah provider fixed-broadband ketiga terbesar di Indonesia setelah Link Net dan Telkomsel.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News