1
1

Erdikha Sekuritas: IHSG Cenderung Menguat Terbatas

Seorang investor sedang memperhatikan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas pada kisaran 6.050-6.100.

 
Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro mengatakan, secara teknikal IHSG pada perdagangan kemarin ditutup kembali menguat membentuk candle three white soldier, ditransaksikan dengan volume transaksi yang relatif signifikan melebihi rata-rata perdagangan 5 hari terakhir. 
 
IHSG juga tampak berhasil menjauhi lower band dan tampak menguji resistant middle band 6.180. Indikator stochastic berada di level 60 tampak belum memasuki fase overbought. “IHSG pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas berada pada range pergerakan 6.050-6.100. saham-saham yang dapat dicermati pada hari ini meliputi BRIS, BBRI, ANTM, INDY, KRAS,” katanya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Jumat (9/4/2021).
Hendri menjelaskan, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6.072 (0,58%) ditransaksikan senilai Rp10,18 triliun dengan volume transaksi 20,22 miliar lembar saham dimana asing melakukan Aksi Jual Bersih Rp503,1 Miliar pada beberapa saham LQ45 seperti: BBCA -393(B) , SMGR -33.(B) , ACES -39.(B) , SMGR -33.(B) , ERAA -17.(B) , TBIG -17.(B) , MDKA -10.(B). 
 
Adapun sektor yang  menopang laju IHSG perdagangan kemarin meliputi sektor  Mining (1,629%), Property (1,286%), Basic-Ind (1,159%), Manufactur (0,697%), Finance (0,635%), Consumer (0,626%), Agriculture (0,428%), Trade (0,164%), dimana sektor yang masih membebani laju IHSG kemarin meliputi sektor Misc-Ind (-0,25%), Infrastructure (-0,385%).        

“Beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 8 April 2021 dari eksternal atau global yakni adanya rilis data kepercayaan konsumen dari Jepang yang tercatat mengalami kenaikan tetapi belum di atas 50 sebagai acuan keoptimisan data kepercayaan konsumen di sana, lalu ada juga rilis data PMI Konstruksi dari Euro Area dan Jerman masing-masing 50,1 dan 47,5, dimana keduanya sama-sama mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” jelas Hendri. 

Baca juga: Erajaya (ERAA) Berhasil Catatkan Pertumbuhan Laba 107 Persen Menjadi Rp612 M

Lalu yang terakhir, sambungnya, investor masih menanti data klaim pengangguran di Amerika Serikat yang diperkirakan akan mengalami penurunan menurut konsensus Trading economic menjadi 680.000 dari sebelumnya 719.000. Apabila benar terjadi penurunan maka sentimen positif untuk negeri paman sam tersebut kembali bertambah setelah beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang sudah rilis sebelumnya cukup memuaskan seperti data tingkat pengangguran dan industri manufakturnya. 

Lalu untuk hari Jumat 9 April 2021, terang Hendri, investor juga perlu mencermati adanya rilis data Indeks kepercayaan Konsumen atau Consumer Confidence domestik yang diperkirakan mengalami pertumbuhan dari sebelumnya 85,8 menjadi 87. Namun angka tersebut belum dikatakan baik karena masih di bawah 100, dimana untuk Consumer Confidence Indonesia sendiri seperti yang kita ketahui, dapat dikatakan optimistis apabila angkanya di atas 100. 

“Artinya apa? artinya bahwa saat ini tingkat kepercayaan konsumen masih rendah atau cenderung belum stabil seiring dengan masih adanya dampak dari Covid-19 yang menyebabkan angka Kepercayaan Konsumen ini dari April 2020 hingga Februari 2021 masih bergerak di bawah 100. Selain dari dometik, pada hari jumat investor juga perlu mencermati rilisnya data Inflasi secara year-on-year dan month-to-month dari China,” jelasnya.

Baca juga: Peringkat  Utang Indofood (INDF) Ditetapkan Kembali idAA+

Selain katalis berdasarkan kalender ekonomi yang sudah rilis kemarin dan akan rilis hari ini, Hendri menerangkan bahwa ada juga sentimen positif dari IMF yang meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semula 5,5% menjadi 6%. Adanya peningkatan proyeksi tersebut membuat investor kembali optimistis akan adanya perbaikan ekonomi pada tahun ini, meskipun pemulihan tahun ini masih belum akan kembali stabil seperti kondisi sebelum adanya pandemi, tetapi akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2020, ditambah dengan harapan investor mengenai distribusi vaksin yang mampu berjalan lancar sehingga masyarakat bisa lebih tenang dalam menjalani aktivitasnya. 

Baca juga: Inti Bangun Sejahtera (IBST) Catatkan Pendapatan Sebesar Rp1,12 Triliun

“Meningkatnya optimisme pasar ini akan menjadi sentimen positif bagi instrumen investasi berisiko seperti saham. Namun, akan menjadi sentimen negatif bagi instrumen minim risiko seperti emas dan obligasi. Mengapa demikian? Karena apabila kondisi ekonomi global membaik maka akan mengurangi tingkat kekhawatiran para pelaku pasar terhadap kondisi yang ada, dan hal tersebut membuat investor jauh lebih berani untuk masuk kedalam instrumen investasi yang berisiko,” jelasnya. 

Sebaliknya, menurutnya, untuk aset-aset minim risiko seperti emas dan obligasi (safe haven) akan mengalami koreksi. Lalu selain itu, sentiment positif juga datang dari mambaiknya PMI industri jasa di China yakni sebesar 54,3 dari sebelumnya yakni sebesar 51,5. Aca

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Prudential Indonesia akan Spin Off UUS Sebelum 2024
Next Post Reliance Sekuritas: IHSG Berpotensi Lanjutkan Penguatan

Member Login

or