Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT Asuransi Asei Indonesia (Asei) menjadi ‘BBB+(idn)’, dari ‘A(idn)’. Peringkat tersebut telah ditempatkan pada Rating Watch Negative (RWN). Fitch juga menilai kualitas kredit standalone Asei pada ‘bbb+(idn)’.
“Penurunan peringkat ini mencerminkan penurunan tajam dalam metrik kapitalisasi dan kinerja keuangan Asei berdasarkan angka Desember 2024 yang belum diaudit,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 11 Februari 2025.
RWN mencerminkan risiko penurunan yang tinggi dalam jangka pendek terhadap peringkat tersebut mengingat volatilitas cadangan Asei, yang dapat lebih lanjut mempengaruhi kapitalisasi dan menekan kinerja keuangan. Fitch memperkirakan akan menyelesaikan RWN setelah memiliki kejelasan lebih tentang tren posisi modal Asei.
|Baca juga: Pastikan Adopsi Teknologi Efisien dan Terukur, Bos Asuransi Asei Pilih ‘Kolab’ dengan Startup
Peringkat Nasional IFS ‘BBB’ menunjukkan kapasitas yang memadai untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.
Rasio modal berbasis risiko (RBC) regulasi Asei turun menjadi 131% berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit pada akhir 2024, dari 265% berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit pada akhir 2023, akibat penyesuaian cadangan. Hal ini membuat rasio RBC sedikit di atas persyaratan minimum regulasi sebesar 120%.
Modal ekuitas Asei juga turun menjadi Rp385 miliar pada akhir 2024, dari Rp467 miliar pada akhir 2023. “Meskipun modal ekuitas tetap di atas persyaratan baru regulator untuk tahun 2026 sebesar Rp250 miliar, kami berpendapat bahwa volatilitas cadangan yang tinggi melemahkan kapitalisasi Asei dalam jangka pendek hingga menengah.”
Leverage keuangan Asei tetap tinggi di 51% pada akhir 2024 (akhir 2023: 47%), didorong oleh pinjaman subordinasi sebesar Rp407 miliar dari perusahaan induknya, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero). Asei menerima pinjaman tersebut, yang tidak memiliki tanggal jatuh tempo, selama 2017-2018.
|Baca juga: Bidik Jadi KPPE 2, Asei Siap Tingkatkan Kapasitas Permodalan Menuju 2028
Asei melaporkan kerugian underwriting yang lebih tinggi dengan rasio gabungan rata-rata sebesar 126% selama 2022-2024. Rasio ini melonjak menjadi 187% pada 2024 (2023: 102%) karena peningkatan cadangan, terutama dari bisnis asuransi kredit jangka panjang yang ada. Akibatnya, Asei mencatat kerugian bersih sebesar IDR73 miliar pada 2024, dibandingkan dengan laba bersih sebesar IDR8 miliar pada 2023.
Pengembalian ekuitas menurun menjadi -17% pada 2024 dari 2% pada 2023, dan rata-rata -4% selama tiga tahun terakhir. Fitch memperkirakan kinerja keuangan akan tetap volatil karena tingginya eksposur terhadap asuransi umum, dan perubahan cadangan yang terkait dengan bisnis asuransi kredit jangka panjang.
Premi bruto Asei turun sebesar 21% pada 2024 (2023: -41%) karena menurunnya bisnis asuransi kredit setelah Asei berhenti menerima bisnis asuransi kredit multiguna dari klien utamanya sejak kuartal pertama 2024. Hal ini menyebabkan penurunan kontribusi asuransi kredit dalam premi bruto (GPW) menjadi 6% pada 2024, dari 54% pada 2023. Pada saat yang sama, Asei memperluas bisnis asuransi umum, yang utamanya terdiri dari asuransi properti. Akibatnya, asuransi umum menjadi bisnis utama dengan 67% GPW (2023: 29%).
Asei telah mensesikan preminya kepada perusahaan reasuransi karena skala yang kecil dan eksposur terhadap bisnis properti. Rata-rata tiga tahun dari retensi premi – diukur sebagai rasio premi bersih terhadap premi bruto – adalah 46% selama 2022-2024, di bawah rata-rata industri asuransi umum sebesar 60% dan perusahaan-perusahaan yang diberi peringkat.
|Baca juga: Rasio Modal Turun, Bos Asei Klaim Tetap Kuat!
Eksposur basis modal Asei terhadap pemulihan reasuransi telah meningkat secara signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Rasio ini melonjak menjadi 345% pada akhir 2024 (2023: 174%) karena meningkatnya aset reasuransi dari bisnis asuransi kredit dan asuransi umum, serta modal yang lebih rendah. Rasio pemulihan reasuransi yang tinggi memberikan tekanan lebih lanjut pada basis modal Asei mengingat kualitas kredit yang lemah dari panel reasuransi domestiknya serta penjamin asuransi jiwa yang mendukung bisnis asuransi kreditnya.
Fitch menilai profil perusahaan Asei sebagai ‘Kurang Baik’, berdasarkan profil bisnis yang ‘Kurang Baik’ dan tata kelola perusahaan yang ‘Netral’ dibandingkan dengan perusahaan asuransi lainnya di Indonesia. Penilaian profil bisnis ini didorong oleh franchise bisnis yang terbatas, dengan pangsa pasar GPW yang kecil sebesar 0,3% pada 2023 (2022: 0,5%).
“Selain itu, kami menilai selera risiko Asei lebih tinggi daripada sektor tersebut, karena tingginya eksposur terhadap asuransi umum relatif terhadap ukurannya yang kecil, dan diversifikasi yang terbatas.”
Asei memiliki strategi investasi konservatif, karena eksposurnya terhadap aset berisiko relatif terhadap ekuitas tetap rendah. Lebih dari 80% aset investasi Asei berada dalam bentuk kas dan setara kas serta surat berharga pendapatan tetap pada akhir 2024. Portofolio investasi yang tersisa terdiri dari berbagai instrumen, termasuk saham dan reksa dana.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News