Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meresmikan PT Indonesia Re sebagai BUMN reasuransi baru, hasil penggabungan PT Reasuransi Internasional Indonesia dan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero). “Penggabungan perusahaan reasuransi BUMN itu untuk meningkatkan daya saing dan penciptaan nilai, atas harapan dunia asuransi dalam negeri. BUMN memiliki filosofi sebagai agen pembangunan dan BUMN memiliki inisiatif perwujudan ekonomi nasional. Salah satunya membentuk holding company di bidang asuransi,” kata Rini Soemarmo saat grand launching Indonesia Re di Jakarta, 7 Oktober 2016.
Rini juga mengatakan bahwa setiap tahun industri asuransi umum menghasilkan pendapatan premi Rp250 triliun. Namun industri asuransi pula yang mencatatkan kontribusi terbesar terhadap defisit transaksi pembayaran, yakni mencapai Rp20 triliun per tahun. Perusahaan asuransi banyak memanfaatkan jasa perusahaan reasuransi asing, karena perusahaan reasuransi domestik berukuran kecil dan bersaing harga. “Oleh karena itu, Indonesia perlu membuat sebuah perusahaan reasuransi berskala besar. Tujuan pembentukan perusahaan reasuransi berskala besar bukan hanya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan, tetapi juga sebagai representatif di mata global,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani mengatakan bahwa terbentuknya Indonesia Re diharapkan menjadi pemimpin pasar di pasar dalam negeri dan ASEAN. “Terbentuknya Indonesia Re bukan menjatuhkan perusahaan yang sudah ada, namun agar bisa bersaing secara kompetitif. Adanya penurunan defisit transaksi pembayaran, menjadi tujuan utama atas pembentukan Indonesia Re,” katanya.
Bahkan, lanjut Firdaus, sebelum Indonesia Re terbentuk, OJK sudah mengeluarkan POJK Nomor 14/POJK.05/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi dalam Negeri. “Dampak dari POJK yang sudah kami keluarkan sudah mulai terlihat, akhir tahun kami targetkan defisit transaksi pembayaran bisa berkurang 25 persen,” ungkap dia.
Sementara itu Direktur Utama Indonesia Re Frans Y Sahusilawane mengatakan bahwa memiliki perusahaan reasuransi nasional yang besar merupakan sebuah keharusan, agar industri asuransi nasional dapat tumbuh sehat dan mampu berfungsi sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi. “Penggabungan asuransi ini diharapkan dapat mengatasi defisit transaksi berjalan. Kami akan didukung oleh dua anak perusahaan, yaitu PT Asuransi Asei Indonesia di bidang usaha asuransi umum dan PT Reasuransi Syariah Indonesia (ReINDO Syariah) di bidang usaha reasuransi syariah,” katanya.
Menurut Frans, adanya perusahaan reasuransi nasional yang besar dan kuat, diharapkan dapat mengurangi aliran premi reasuransi yang besar ke luar negeri. Sejak tahun 2013, jumlahnya telah mencapai sekitar Rp20 triliun per tahun. Ke depan, masalah beban defisit transaksi berjalan neraca pembayaran Indonesia pada sektor jasa keuangan dan potensi kehilangan penerimaan pajak dari premi asuransi ke luar negeri dapat teratasi. “Indonesia Re menargetkan dalam lima tahun mendatang akan menjadi perusahaan reasuransi terbesar di kawasan ASEAN. Saat ini, Indonesia Re berada di urutan tujuh besar perusahaan-perusahaan reasuransi di ASEAN,” jelasnya.
Untuk bisa menjadi perusahaan reasurasi terbesar, lanjut Frans, Indonesia Re harus memproduksi premi sekitar Rp15-Rp18 triliun. Kami harus mengejar target tiga kali lipat dari posisi saat ini sebesar Rp5 triliun. Untuk itu, dukungan permodalan juga menjadi faktor penting untuk menjadi perusahaan reasuransi terbesar. Pemerintah sudah memberi dukungan permodalan dalam bentuk penyertaan modal negara ataupun sinergi perusahaan milik negara. Sampai akhir tahun ini kami targetkan modal mencapai Rp3 triliun, dengan adanya penambahan modal dari sinergi BUMN sekitar Rp500-Rp600 miliar,” ujarnya.
Upaya lain yang akan dilakukan Indonesia Re, lanjut Frans adalah meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia dan penggunaan teknologi informasi. Pihaknya akan mendirikan ReINDO Institute dan ReINDO Survey yang akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset, untuk menghadirkan informasi dan pengetahuan mengenai berbagai risiko yang menjadi atribut produk asuransi. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts
Asuransi
Allianz Syariah dan SMBC Indonesia Luncurkan Guardia RENCANA Syariah
Kamis, 7 November 2024
Keuangan