Itikad Academy menggelar acara seminar manajemen perusahaan asuransi bertema “Governance-Risk Management-Compliance (GRC) Approach: Countermeasures Against Financial Crimes In Insurance Industry” di Jakarta, 21 Maret 2019. Seminar ini merupakan kali kedua yang digelar oleh Itikad Academy dalam rangka memberikan edukasi terkait sistem manajemen yang benar bagi perusahaan di dunia perasuransian. Seminar ini diikuti oleh lebih dari 150 perserta dari kalangan direksi, lomisaris, serta pelaku bisnis yang concern terhadap pengelolaan manajemen perusahaan. Mereka berasal dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia serta dari perusahaan-perusahaan broker asuransi, baik asuransi umum maupun asuransi jiwa.
Acara ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama dengan topik “Tools for Preventing Financial Crimes, Takling Money Laundry in Bribery and Corruption Cases with Etnics and Compliance” dengan nara sumber Secretary General of IRMAPA, Charles R Vorst dan Konsultan di bidang audit risk and bisnis continuity management Aditya Alfa Kusuma. Sesi kedua membahas topik “Independent Assurance Againts Financial Fraud and Investigating Terrorist Financing” dengan pembicara Chief of Internal Audit PT Astra Argo Lestari Robert Nanlohy dan AKBP Yusuf Saprudin. Moderator seminar ini adalah CEO Itikad Academy Andreas Freddy Pieloor.
Mengawali acara, Herris Simanjutak sebagai praktisi perasuransian di Indonesia menyampaikan sambutan dengan tema “Enterprise Risk Management dan Financial Crime Risk di Industri Perasuransian Indonesia”. Saat ditemui Media Asuransi di sela-sela seminar, Andreas Freddy Pieloor mengatakan bahwa tujuan utama Itikad Academy menggelar seminar ini agar para pegiat perasuransian dari jajaran BOD, BOC, serta yang berperan dalam risk management perusahaan asuransi memahami dengan betul, bahwa risk management dalam industri perasuransian itu sangat perlu. Selama ini ada yang berpandangan bahwa risk management itu hanya sekadar pekerjaan tambahan ataupun beban yang butuh biaya. Padahal risk management itu merupakan tools bagi mereka untuk dapat memitigasi dan mencegah risiko, sehingga dalam berbisnis mereka dapat mencapai target dan tujuan perusahaan.
Dengan digelarnya seminar tersebut, Freddy mengajak kepada para stake holders industri perasuransian mulai melakukan manajemen risiko dengan baik. Tidak hanya risiko yang berkaitan dengan nasabah, tapi juga risiko keuangan, kepengurusan, dan risiko-risiko lainnya. Seperti keputusan direksi dalam mengambil bisnis yang sebetulnya tidak sesuai dengan perhitungan underwriting, ataupun dalam menginventasikan dana. “Jadi semua harus dengan kajian yang matang. Jangan mentang-mentang karena hubungan pertemanan, risk management-nya diabaikan sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan. Jangan sampai cuma berpikiran yang penting duit masuk, komisi keluar,” jelasnya.
Freddy mengatakan bahwa secara umum, sebentulnya indikasi penyimpangan-penyimpangan sudah banyak terjadi dalam manajemen bisnis di industri asuransi selama ini. Namun tidak terekspos dengan baik, bahkan cenderung ditutupi rapat-rapat. Jika tidak ada niat untuk memperbaiki diri, lanjutnya, tentu ini akan berisiko terhadap perusahaan itu sendiri, bahkan juga akan berdampak kepada industri asuransi secara umum. “Regulator tangannya sedikit sekali untuk sampai pada pengawasan secara detil terkait masalah ini. Dan ini juga membutuhkan kompetensi yang lebih dalam. Jadi intinya memang kembali lagi kepada kesadaran kita sebagai pelaku, praktisi, ataupun pengusaha untuk berbenah diri,” katanya.
Menurut dia, ini dilakukan untuk jangka panjang. Ditambahkan, hal-hal seperti ini yang menurut dia harus dibahas dalam seminar-seminar. “Melalui seminar ini, kita ingin menyadarkan agar para pimpinan di perusahaan asuransi segera berbenah. Saya juga berharap ke depan kita bekerjasama dengan OJK dalam hal ini,” ungkap Freddy. Fir
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News