Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Kali ini BI dalam perkembangan indikatir stabilitas nilai rupiah per 8 Oktober 2021, mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19.
Dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Sabtu, 9 Oktober 2021, Bank Indonesia menyampaikan Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 4 – 8 Oktober 2021
Pada akhir hari Kamis, 7 Oktober 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.215 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,33%.
- DXY menguat ke level 94,22.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,573%.
|Baca juga: BI Rilis Buku Kajian Stabilitas Keuangan
Pada pagi hari Jumat, 8 Oktober 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.200 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun turun ke level 6,32%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Oktober 2021)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 83,92 bps per 7 Oktober 2021 dari 79,81 bps per 1 Oktober 2021.
- Berdasarkan data transaksi 4-7 Oktober 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp8,69 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp1,27 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp9,96 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp5,78 triliun.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Oktober 2021, perkembangan harga pada Oktober 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,05% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Oktober 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,59% (yoy).
2. Penyumbang utama inflasi Oktober 2021 sampai dengan minggu pertama yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,05% (mtm), minyak goreng, rokok kretek filter dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02% (mtm), daging ayam ras, bayam, kangkung, sawi hijau dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Direktur, Kepala Grup Departemen Komunikasi BI, Muhamad Nur, mengatakan bahwa Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. “Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” katanya. (Edi)
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News