Media Asuransi, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai ketidakpastian ekonomi setidaknya akan terus berlangsung hingga semester pertama 2024. Ketidakpastian itu baik disebabkan arah suku bunga The Fed maupun dari dalam negeri yakni terkait Pemilu.
“Kami melihat ketidakpastian ekonomi akan terus berlangsung pada semester pertama 2024 baik disebabkan ketidakpastian arah suku bunga The Fed maupun dari dalam negeri yakni terkait Pemilu,” ujar Josua, kepada Media Asuransi, Kamis, 18 Januari 2024.
|Baca: Perekonomian Stabil, Prospek Industri Asuransi Guatemala Dipertahankan Stabil
Selain itu, Josua menyoroti fenomena El Nino yang dinilainya dapat berdampak pada harga pangan. “El Nino yang berdampak pada harga pangan juga diprediksi baru selesai pada akhir April 2024,” kata Josua.
Selaras dengan ketidakpastian ekonomi pada semester pertama, Josua menerangkan, pada semester kedua akan menunjukkan hal yang berbeda, di mana ketidakpastian ekonomi mulai memudar. “Ketidakpastian tersebut kami lihat akan mulai memudar pada semester kedua sehingga ruang pemotongan suku bunga BI akan mulai terbuka,” ungkap Josua.
Suku bunga rendah, tekan biaya pinjaman ke bawah
Josua menganggap suku bunga rendah dapat menekan biaya pinjaman ke bawah, sesuai kebijakan makroprudensial yang tetap longgar dan mendukung pertumbuhan. Sehingga likuiditas akan tetap terjaga pada tingkat yang memadai.
“Tentunya hal ini akan berdampak pada sektor riil kita. Namun, dampaknya mungkin ada lagging effect di mana biasanya transmisi pemotongan BI Rate ke suku bunga kredit dapat terjadi selama 3-4 bulan,” ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate ke depan tetap terbuka sejalan dengan arah kebijakan moneter yang pro stabilitas.
Adapun pada Rapat Dewan Gubernur BI pada Januari 2024, bank sentral memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI-Rate pada tingkat enam persen. Perry mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News