– Reksa dana menjadi instrumen investasi yang semakin diburu oleh industri asuransi. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa penempatan di reksa dana pada tahun 2016 mencapai 16,8 persen dari dana investasi industri asuransi yang jumlahnya mencapai Rp809,3 triliun. Penempatan pada reksa dana ini lebih tinggi dibandingkan dengan penempatan pada deposito sebesar 16,0 persen. Sementara portofolio terbesar masih di SBN (Surat Berharga Negara) yakni sebesar 27,6 persen, kemudian diikuti alokasi ke saham sebesar 23,4 persen.
– Besarnya alokasi dana asuransi yang diinvestasikan di instrumen reksa dana, tak lepas dari semakin banyaknya produk asuransi jiwa berbasis investasi (unitlink) yang saat ini dipasarkan. Masih berdasar data OJK, investasi asuransi jiwa mencapai 45,45 persen, sebesar Rp367,8 triliun, dari total investasi asuransi. Di sisi lain, produk reksa dana memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya semakin layak sebagai instrumen investasi pilihan.
– Menurut Presiden Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Lilis Setiadi, ada beberapa keunggulan dan keuntungan dengan reksa dana. Pertama, dari sisi legalitas. Produk reksa dana telah mendapat izin dari OJK untuk dipasarkan. Kedua transparansi, produk ini sangat transparan. Karena nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana itu dihitung setiap hari oleh bank kustodian sehingga akan diketahui yang dipublikasikan melalui berbagai media massa. Sehingga dapat dipantau oleh masyarakat setiap hari. Kemudian yang ketiga, reksa dana menjanjikan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.
– Tinggi rendahnya yield (return) ini tergantung pada jenis reksa dana, misalnya reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa dana saham, hingga reksa dana penyertaan terbatas. Lilis menjelaskan, saat ini return reksa dana pasar uang sekitar 3-5 persen setahun, reksa dana terproteksi return-nya sekitar 7-8 persen. Kemudian ada reksa dana pendapatan return sekitar 9-10 persen, reksa dana campuran return-nya di kisaran 10-15 persen.
– Dia mengingatkan bahwa tinggi-rendahnya return ini berkorelasi dengan tinggi rendahnya risiko yang ada. Secara umum dikatakan bahwa semakin tinggi potensi return, maka akan semakin tinggi risikonya. Risiko yang jelas ada di depan mata adalah turunnya NAB. “Misalnya ada satu reksa dana yang kita beli pada saat NAB-nya di Rp2.000 per unit, kemudian pada saat dicairkan NAB-nya menjadi Rp2.500. Namun bisa juga pada saat dicairkan NABnya itu turun menjadi Rp1.500, sangat bisa,” tutur Lilis.
– Terlepas dari itu, reksa dana memang menjadi instrumen investasi yang semakin menarik, karena selama beberapa tahun terakhir nilainya (NAB) cukup stabil bahkan cenderung naik. Selain itu juga banyaknya varian produk yang tersedia, termasuk reksa dana syariah. Bahkan, Schroder Indonesia telah memiliki reksa dana syariah yang penempatan dananya bukan hanya di dalam negeri melainkan di pasar global, yakni Schroder Global Sharia Equity Fund.
– Schroder Global Sharia Equity Fund merupakan produk reksa dana saham dengan prinsip syariah dan memiliki akses terhadap saham-saham global di luar Indonesia. Dana kelolaan reksa dana syariah ini ditempatkan pada saham-saham syariah global yang ada di bursa luar, salah satunya di Amerika Serikat yang merupakan pasar saham syariah terbesar di dunia. Schroder mengklaim reksa dana ini akan memberikan imbal hasil hingga 10,58 persen setelah satu tahun. Angka yang cukup tinggi dibanding dengan patokan Dow Jones Islamic Market (DJIM) yang sebesar 12,7 persen.
– President Director PT Schroder Investment Management Indonesia Michael T Tjoajadi beberapa waktu lalu menyatakan bahwa produk Schroder Global Sharia Equity Fund memungkinkan masyarakat untuk berinvestasi reksa dana saham dengan prinsip syariah dan memiliki akses terhadap saham-saham global di luar Indonesia. “Penempatannya di saham-saham yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah atau Sharia Security List seperti Apple Inc, IBM, Johnson & Johnson, Nestle, Roche,” jelas Michael.
– Dengan perkembangan yang ada di industri reksa dana saat ini, menarik untuk dinanti, apakah di tahun ini portofolio penempatan investasi asuransi ke reksa dana akan terus bertambah atau tidak. Kemungkinannya senantiasa terbuka, karena suku bunga deposito yang terus cenderung turun, membuat asuransi harus melirik instrumen investasi lainnya yang menjanjikan yield lebih tinggi. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News