1
1

Pasar Saham Diperkirakan Masih Berpotensi Menguat secara Teknikal

Ilustrasi. | Foto: Allianz Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama memperkirakan pasar masih berpotensi menguat secara teknikal sehingga investor masih dapat memanfaatkan buy on weakness pada saham big cap dengan valuasi undervalued.

“Dalam sepekan ke depan, pasar akan wait & see rilis data domestik seperti tingkat suku bunga. Pada pasar saham, penguatan diprediksi berlanjut namun secara lebih terbatas,” tulis Tim Riset Infovesta dalam Weekly Mutual Funds Update dikutip, Selasa, 20 Mei 2025.

Sedangkan pada obligasi, tren bullish yang masih berlanjut dapat dimanfaatkan investor untuk melanjutkan akumulasi seri-seri SBN. Yield SBN 10-tahun berpotensi kembali ke level di bawah 6,87%

|Baca juga: Dana Asing Masuk, IHSG Terus Menguat

Dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bullish sebesar +4,01% ke level 7.106,53 dipicu oleh menguatnya mayoritas indeks sektoral dan saham big caps. Kemudian, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp5,05 triliun dalam sepekan. Dari sisi saham, top leader IHSG yakni BBRI (+10,68%), BMRI (+14,78%) dan BREN (+11,25%).

Dari sentimen domestik, penjualan eceran di Indonesia naik sebesar 5,5% YoY didorong oleh penjualan pakaian yang lebih kuat, barang budaya dan rekreasi, dan makanan, di tengah bulan puasa Ramadan dan menjelang perayaan Idul Fitri.

|Baca juga: Indeks Saham China Flat Respons Data Penjualan Ritel  

Dari global, kesepakatan kebijakan tarif antara AS dan China tercapai setelah AS memangkas tarif impor terhadap barang-barang China dari sebesar 145% menjadi 30%, termasuk tarif yang dikenakan pada fentanil mulai 14 Mei hingga 90 hari ke depan. Sementara China juga menurunkan tarif untuk barang-barang impor AS dari sebesar 125% menjadi 10%. Pascameredanya tensi perang dagang AS-China, Goldman Sachs menaikkan proyeksi ekonomi AS pada Q4-2025 dari 0,5% menjadi 1,0%.

Pertumbuhan PDB China juga direvisi keatas pada tahun 2025 menjadi 4,6% dari 4,0% dan di tahun 2026 menjadi 3,8% dari 3,5%. Adapun JPMorgan memangkas risiko resesi AS menjadi 50% setelah pengumuman hasil perundingan tarif impor AS & China setelah sebelumnya mencapai 60% pasca- Trump mengumumkan resiprokal tarif pada 2 April 2025. Demikian pula Goldman Sachs yang telah menurunkan risiko resesi AS dari 45% menjadi 35%.

Sementara itu, pasar obligasi dalam sepekan terakhir ditutup melemah. Infovesta Gov. Bond Index turun tipis -0,10% ke level 10.695,94. Pergerakan Yield SBN 10-tahun bergerak bullish yakni turun sebesar -0,17bps WoW ke level 6,88%.

Dari global, tingkat inflasi tahunan AS melambat menjadi 2,3% YoY dan di bawah perkiraan pasar sebesar 2,4% YoY. Perlambatan ini disebabkan menurunnya biaya pada energi, makanan, dan transportasi.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Program MBG Berisiko Bebani Anggaran, Pengamat Usul Libatkan Asuransi dan Swasta
Next Post Ini Dia Top 5 Reksa Dana Return Tertinggi MoM per 16 Mei 2025

Member Login

or