1
1

Howden Tiger: Tingkat Bencana Properti Global Meningkat 50 Persen

Howden Tiger mengatakan bahwa tingkat bencana properti global meningkat lebih dari 50% | Foto: howdentiger.com

Media Asuransi, GLOBAL – Lingkungan pasar saat ini bisa dibilang merupakan peluang generasi bagi perusahaan reasuransi, dengan kenaikan tarif yang disesuaikan dengan risiko di seluruh sektor properti yang mengalami bencana pada tingkat tertinggi sejak munculnya pemodelan bencana dan penyesuaian risiko kuantitatif.

Dilansir laman Reinsurance News, Howden Tiger mengatakan bahwa tingkat bencana properti global meningkat lebih dari 50% secara kumulatif selama dua tahun terakhir. “Pada saat yang sama, pasar reasuransi mengalami tekanan modal yang paling parah sejak tahun 2008, karena kenaikan tarif dan kerugian investasi, meskipun modal saat ini sudah mulai pulih dan diperkirakan akan mencapai level tahun 2021 pada akhir tahun 2023,” kata perusahaan tersebut.

Howden Tiger mencatat bahwa di samping volatilitas yang melekat dalam lingkungan inflasi yang tinggi, underwriter saat ini juga harus menghadapi peningkatan biaya reasuransi dan retrosesi dengan retensi yang lebih tinggi. Ditambahkan, kekurangan kapasitas reasuransi secara keseluruhan, di samping volatilitas kerugian yang lebih tinggi, telah mendorong kerugian yang ditahan lebih tinggi bagi pemegang saham cedent.

|Baca juga: Howden Tiger: Tarif Reasuransi Terus Menguat Selama Renewal 1 Juni 2023

Khususnya bagi nat-cat, peningkatan signifikan baru-baru ini dalam retensi per-event, selain penurunan cakupan agregat, berarti bahwa penduduk yang tinggal di wilayah tersebut kini menanggung risiko yang lebih besar.

Perusahaan tersebut menambahkan bahwa Cedent menahan sekitar 54% kerugian alam selama periode 2001-2022. Retensi pro-forma ini ditentukan menggunakan database Howden Tiger yang menunjukkan peningkatan retensi yang signifikan dan konsisten pada periode 2017-2022.

Howden Tiger melanjutkan, berbeda dari indeks harga konsumen umum, klaim terkena tekanan inflasi yang lebih besar. Misalnya, jalur produksi yang terpapar nat-cat mungkin menghadapi ‘inflasi berlebih’ karena faktor-faktor seperti kenaikan biaya bahan baku dan aktivitas penipuan yang dapat memperbesar biaya klaim di atas indeks harga konsumen yang banyak disebutkan.

“Selain itu, eksposur berubah seiring berjalannya waktu, menjadikannya lebih kompleks untuk menilai inflasi klaim dan menyulitkan untuk membuat penilaian inflasi antar lini bisnis. Hal ini semakin rumit karena banyak program telah direstrukturisasi karena kapasitas pasar secara keseluruhan telah menurun,” pungkasnya.

 

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kapasitas Reasuransi Global Mulai Pulih, Tapi Ketidakpastian Masih Menghantui
Next Post Ketegangan Global dan Inflasi Berdampak pada Pasar Reasuransi Kelautan dan Energi

Member Login

or