Media Asuransi, GLOBAL – Laporan Global Construction Insurance and Surety Market Report dari Aon 2025 menyampaikan pasar asuransi kecelakaan konstruksi di Asia diperkirakan tetap stabil sepanjang 2025, meski dinamika di tiap negara berbeda.
Melansir Insurance Asia, Jumat, 20 Juni 2025, kapasitas pasar dinilai memadai dengan reasuradur menawarkan penyesuaian tarif berbasis risiko berkisar antara datar hingga turun 10 persen untuk proyek tanpa eksposur Amerika Serikat (AS).
|Baca juga: BI Desak Perbankan Segera Turunkan Suku Bunga Kredit Demi Dorong Ekonomi RI
|Baca juga: PLN Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris, Ini Daftar Lengkapnya!
Sebaliknya, proyek dengan eksposur AS mengalami pembatasan nilai pertanggungan dan pengawasan yang lebih ketat. Penurunan premi lebih mungkin terjadi di soft market seperti Korea dan China.
Di sisi lain, pasar Jepang mulai menunjukkan kondisi yang semakin mengeras. Proyek besar seperti rumah sakit dan pusat data juga makin kompleks dan membutuhkan waktu pengerjaan lebih panjang.
Proyek yang berjalan lebih dari 10 tahun atau memiliki masa tanggung jawab cacat lebih dari dua tahun menjadi semakin sulit diasuransikan. Namun sebaliknya, proyek energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin justru menarik minat reasuradur.
Namun, sistem penyimpanan energi baterai (BESS) masih sulit diasuransikan, terutama yang terhubung dengan AS atau diproduksi oleh pihak ketiga. Di Vietnam dan Thailand, pertanggungan kompensasi pekerja dan tanggung jawab kendaraan masih ditangani secara lokal.
|Baca juga: BI Pede Inflasi Terkendali di 2,5±1% hingga 2026
|Baca juga: Manjakan Nasabah yang Inginkan Stabilitas Keuangan Masa Depan, MSIG Life Luncurkan SMART
Di sisi lain, regulasi baru di India menarik minat asuransi internasional, terutama untuk proyek pembangkit surya. Sementara minat terhadap tambang bawah tanah, batu bara, dan bendungan masih rendah.
Di Australia, pasar asuransi tanggung gugat publik dan produk mulai stabil. Meski persaingan tinggi, namun minat terhadap proyek residensial menurun akibat lonjakan klaim, termasuk klaim cedera pekerja rata-rata lebih dari A$300 ribu.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News