Media Asuransi, GLOBAL – Laporan dari Zurich Insurance Group dan Marsh McLennan menyebutkan pasar asuransi siber di Asia diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2025. Kondisi itu seiring dengan upaya bisnis untuk memperkuat keamanan siber dan menjaga ketahanan operasional.
Dilansir dari Insurance Asia, Selasa, 10 September 2024, laporan berjudul ‘Closing the Cyber Risk Protection Gap‘ mengungkapkan adanya kesenjangan signifikan dalam perlindungan risiko siber, terutama bagi usaha kecil dan menengah yang seringkali tidak memiliki asuransi atau asuransinya kurang mencukupi.
Berbagai insiden siber utama, seperti serangan malware massal, gangguan cloud, dan kegagalan infrastruktur kritis, menjadi tantangan bagi industri asuransi, yang hanya mampu menanggung kerugian finansial hingga batas tertentu.
|Baca juga: AIA Luncurkan “Rethink Healthy”
|Baca juga: Moxa Catatkan 4.300 Pengguna Baru Selama GIIAS 2024
Di kawasan Asia Pasifik, digitalisasi yang cepat meningkatkan kerentanan terhadap serangan siber, dengan 23 persen dari insiden siber global pada 2023 terjadi di wilayah ini.
“Biaya global kejahatan siber diproyeksikan meningkat menjadi hampir US$24 triliun pada 2027, naik dari sekitar US$8,5 triliun pada 2022. Dan ini belum termasuk biaya dari kejadian non-malicious, seperti gangguan CrowdStrike baru-baru ini,” sebut laporan tersebut.
Chief Underwriting Officer Zurich Insurance APAC Debra Burford menyoroti tingginya paparan ancaman siber di wilayah ini, dan menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan publik untuk memperkuat ketahanan.
Sentimen serupa juga disampaikan oleh CEO Zurich Insurance Group Mario Greco dan Presiden & CEO Marsh McLennan John Doyle yang mengajak adanya aksi kolektif untuk menutup kesenjangan perlindungan. Laporan ini juga mengusulkan pembentukan kerangka kerja bersama untuk berbagi data dan kerja sama antara perusahaan asuransi dan sektor publik.
|Baca juga: Industri Asuransi Indonesia Disebut Tengah Dilanda Awan Gelap, Apa Solusinya?
|Baca juga: Waspada Darurat Kasus Monkeypox di Indonesia Ala Allianz Life
Hal ini mencakup insentif untuk inovasi, strategi untuk menghadapi risiko yang sulit diukur, serta metode untuk menilai risiko siber yang bersifat bencana. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan ketahanan masyarakat dan mengurangi risiko finansial besar akibat insiden siber skala besar.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News