1
1

Pasar Reasuransi Global Diprediksi Tumbuh 6,5% hingga 2032, Apa Pemicunya?

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Pasar reasuransi global diperkirakan mengalami pertumbuhan pesat dengan laju tahunan 6,5 persen hingga 2032. Hal itu terungkap dalam laporan terbaru dari Global Market Insights.

Pada 2023, nilai pasar reasuransi mencapai US$350,1 miliar dan diproyeksikan terus berkembang seiring dengan ekspansi perusahaan reasuransi ke pasar-pasar baru. Ekspansi ini memungkinkan reasuransi untuk memperluas jangkauan klien, memperluas kolaborasi lintas negara, dan diversifikasi risiko melalui globalisasi.

|Baca juga: Bidik Jadi KPPE 2, Asei Siap Tingkatkan Kapasitas Permodalan Menuju 2028

|Baca juga: OJK Meluncurkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan 2024-2028

Faktor demografis seperti urbanisasi dan pertumbuhan populasi juga turut mendorong peningkatan permintaan terhadap produk asuransi. Saat ini, 56 persen populasi dunia tinggal di perkotaan yang menyumbang 80 persen dari PDB global, menciptakan kebutuhan yang semakin besar akan asuransi jiwa, kesehatan, dan properti.

Dilansir dari laman Insurance Asia, Selasa, 1 Oktober 2024, reasuransi memainkan peran kunci dalam menyediakan kapasitas dan manajemen risiko, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap bencana alam. Pada 2021, bencana alam global menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$270 miliar, menegaskan pentingnya reasuransi dalam mendukung ketahanan keuangan.

Namun, tantangan seperti ancaman siber, perubahan iklim, dan ketidakstabilan geopolitik menuntut perusahaan reasuransi untuk terus berinovasi, terutama dalam pemodelan risiko dan pengembangan produk baru.

|Baca juga: Penjelasan Allianz tentang Izin Pembentukan Unit Usaha Syariah yang Dicabut OJK

|Baca juga: Allianz Syariah Sudah Spin Off, OJK Cabut Izin Unit Usaha Syariah

Kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu teknologi transformasional dalam sektor reasuransi. AI mempermudah pemodelan risiko dengan mengubah kontrak kompleks menjadi data yang dapat diolah lebih efisien. Selain itu, AI memungkinkan perusahaan reasuransi terlibat lebih awal dalam proses, membangun hubungan lebih kuat dengan klien.

Di sisi lain, munculnya penyedia modal alternatif memberikan tantangan tersendiri bagi reasuransi tradisional. Dengan biaya yang lebih rendah dan toleransi risiko lebih tinggi, mereka mendorong perusahaan reasuransi untuk menurunkan premi agar tetap kompetitif.

Pasar reasuransi non-jiwa mencatat pangsa pasar sebesar 58 persen pada 2023, didorong oleh meningkatnya kesadaran akan risiko perubahan iklim. Selain itu, segmen reasuransi traktat bernilai lebih dari US$207 miliar, mencerminkan kebutuhan akan transfer risiko yang lebih efisien di tengah semakin kompleksnya portofolio asuransi.

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Berencana Kembalikan Izin Usaha, Begini Respons AAUI!

|Baca juga: Perubahan Iklim Bikin ‘Kantong Jebol’, Perusahaan Reasuransi Makin Hati-hati!

Pertumbuhan reasuransi di Asia juga sangat dipengaruhi oleh Inisiatif Sabuk dan Jalan yang mendorong perusahaan reasuransi China untuk berekspansi ke pasar global. Sementara itu, India terus melakukan reformasi regulasi untuk memperkuat sektor asuransi dan reasuransi di negara tersebut.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ini 6 Tantangan yang Dihadapi Industri Asuransi
Next Post Perbesar Kue Bisnis, Prudential Tingkatkan Kepemilikan di Usaha Patungan Asuransi di Nigeria

Member Login

or