1
1

Ini 6 Tantangan yang Dihadapi Industri Asuransi

Iwan Pasila saat memberikan sambutan dalam acara Resonansi MAIPARK 2024. | Foto: Edi Santosa

Media Asuransi, JAKARTA – Deputi Komisioner Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Iwan Pasila, mengatakan bahwa saat ini ada enam tantangan yang dihadapi industri asuransi. Hal ini disampaikan oleh Iwan Pasila saat memberikan sambutan dalam acara Resonansi MAIPARK CEO Forum 2024 dengan tema MAIPARK 2028 and Beyond.

Menurut Iwan, ada tiga tantangan eksternal yakni market volatility post pandemic, geo-politic instability, dan digital revolution, serta tiga tantangan internal yakni capacity and penetration, competencies and expertise, dan sufficient database.

|Baca juga: Gempa Megathrust Hantui Indonesia, Bos Maipark Bilang Begini Dampaknya ke Industri Asuransi

Meskipun pandemi Covid-19 telah berlalu, sampai saat ini dampaknya masih terasa bagi industri asuransi kita. Di sisi lain kita juga menghadapi tantangan dari memanasnya geopolitik, dimulai dari konflik Rusia Ukraina, hingga yang sekarang Israel dengan beberapa negara di Timur Tengah. Sementara itu revolusi digital di satu sisi membantu industri asuransi, namun di sisi lain menghadirkan tantangan termasuk di dalamnya cyber risk.

“Secara internal, kita melihat bahwa industri asuransi masih menghadapi rendahnya kapasitas dan penetrasi. Oleh karena itu salah satu pilar kita di roadmap perasuransian adalah peningkatan permodalan kita dan peningkatan penetrasi. Karena memang penetrasi ini terkait erat dengan kapasitas industri kita,” jelas Iwan.

|Baca juga: MAIPARK Presentasikan MCM di Simposium Asia Pasific

Permasalahan secara internal yang kedua adalah masalah kompetensi SDM dan keahlian yang dimiliki oleh para pelaku asuransi kita. Menurut Iwan, kita harus dapat mengembangkan expertise yang dimiliki agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

Sementara itu, kita juga menghadapi tantangan terkait ketersediaan data base. “Nah data base ini merupakan sesuatu yang harus ada. Karena kalau kita mengelola risiko, benchmark itu harus ada,” tegasnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sun Life Hong Kong Catat Bisnis Baru Meroket 229% di Semester I, Berikut Rinciannya!
Next Post Pasar Reasuransi Global Diprediksi Tumbuh 6,5% hingga 2032, Apa Pemicunya?

Member Login

or