1
1

Perubahan Iklim Jadi Tantangan Besar untuk Industri Reasuransi

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Wakil Perdana Menteri Singapura sekaligus Menteri Perdagangan dan Industri serta Ketua Otoritas Moneter Singapura Gan Kim Yong menyampaikan pidato utama dalam Konferensi Reasuransi Internasional Singapura ke-20 (SIRC) yang menyoroti tantangan-tantangan besar bagi industri reasuransi di Asia.

Dilansir dari laman Asia Insurance Review, Rabu, 6 November 2024, SIRC pada tahun ini dihadiri oleh lebih dari 3.300 peserta, termasuk hampir 2.000 delegasi dari luar negeri. Dalam kesempatan itu, Gan menyatakan perubahan iklim merupakan tantangan utama yang mempercepat perubahan proyeksi risiko di sektor ini.

|Baca juga: Prudential Indonesia dan Prudential Syariah Lanjutkan Program Desa Maju Tahap Ketiga

|Baca juga: Laba Bersih Marein Meningkat 79,14% di Kuartal III/2024

Ia mengungkapkan bencana alam di Asia menyebabkan rata-rata kerugian yang diasuransikan sebesar S$106 miliar per tahun, tetapi 91 persen dari kerugian ekonomi Asia senilai S$65 miliar pada 2023 masih belum diasuransikan.

“Tanpa tindakan tegas, Asia berisiko kehilangan 20 persen PDB-nya pada 2048, dengan negara-negara ASEAN berpotensi kehilangan hingga 29 persen,” ujarnya.

Gan menekankan industri asuransi harus berkolaborasi dengan pemerintah, peneliti, dan penyedia teknologi untuk memperbaiki model risiko, analisis skenario, dan data iklim di Asia. Selain isu perubahan iklim, Gan menyebutkan, ada tiga transisi penting yang akan dihadapi industri reasuransi yakni energi, digital, dan demografi.

Dalam transisi energi, Asia diharapkan beralih ke energi terbarukan untuk mencapai target net-zero, dengan proyeksi investasi mencapai S$1,3 triliun pada 2030 di bidang energi surya, tenaga air, dan angin.

Di sektor digital, Gan memprediksi ekonomi digital Asia Pasifik akan melampaui S$2 triliun pada 2030, didukung oleh e-commerce, FinTech, serta kemajuan AI dan layanan cloud. Dengan ini, risiko siber juga meningkat, dan permintaan akan asuransi siber diproyeksikan dua kali lipat antara 2023 dan 2027.

|Baca juga: AIA Group Bukukan Rekor di Nilai Bisnis Baru, Pertumbuhan Premi 2 Digit Jadi Motor Utama!

|Baca juga: Profil Simon Aloysius Mantiri, Petinggi Gerindra yang Jadi Bos Baru Pertamina

Pada aspek demografi, Gan mengungkapkan, populasi yang menua di Asia dan meningkatnya urbanisasi akan mendorong permintaan untuk asuransi jiwa dan kesehatan. Ia memperkirakan pasar asuransi jiwa Asia, yang saat ini menguasai 39 persen pasar global, akan tumbuh lebih dari lima persen per tahun dalam dekade mendatang.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Mengajar di Universitas Brawijaya Malang
Next Post AdaKami-Superbank Kolaborasi Perkuat Akses Pendanaan Berkualitas di Indonesia

Member Login

or